Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2008

Suara Tuhan dan Nobel Pembela Rakyat

Oleh IksanHb “Dunia tidak pernah berhenti, kesempatan tidak pernah tidur dan berbicara kebenaran tidak pernah mati” itu salah satu ungkapan sang hero dari anak bangsa. Banyak orang terharu pada orang yang memperoleh penghargaan baik sekala kecil maupun sekala besar, salah satu contoh penghargaan sekala kecil, seperti bila anak bisa mengerjakan sesuatu dengan baik, lalu dikasih permen atau atau bentuk hadiah lainnya. Ada juga contoh yang sekala besar seperti pemberian tanda jasa sebagai Pahlawan atau hadiah Nobel dll. Honor yang biasa diberikan secara simbolik biasanya diberikan dengan cara ritual, kadang-kadang tidak lebih daripada ucapan jempol, yang sering diplesetkan dengan keuntungan pribadi lebih banyak daripada bagi sipenerima hadiah (acungan jempol). Apa yang menjadi berbeda dengan bentuk pemberian hadiah secara simbolik dengan pemberian hadiah secara tidak langsung “akherat”? langsung karena wujud hadiah bisa di saksikan dengan langsung, tidak langsung adalah hadiah yang kita t

Potret Kemiskinan Struktural – Struktur Budaya Amil Zakat (2) Habis

Pendekatan empiric versus pendekatan struktur kekuasaan Oleh IksanHb Pendekatan sosio-kultural didalam menelaah wujud sosial Tamsilan kesholehan manusia di dalam filsafat ilmu pengetahuan sosial dan tidak terkecuali dari segi antropologi teologis yang banyak dipakai oleh masyarakat barat – memang secara umum banyak orang mengkaji kesholehan sosial lebih menekankan aspek perseorangan dan pribadi sebagai dasar martabat manusiawi dan pribadi sosial untuk bertanggung jawab. Kalau kita sejak kecil belajar Ilmu pengetahuan sosial baik secara formal maupun nonformal, lebih focus untuk mengenal lebih tentang sosiologi, tiak pernah kita memperdebatkan terhadap teori-teori yang dijadikan rujukan dalam proses belajar mengajar apa lagi menolak pengertian-pengertian yang sifatnya menyinggung orang lain. Apa yang terjadi pada mereka yang mana lebih berkepentingan dalam dimensi sosial manusia dan lebih induvidualisme daripada memberi ruang masyarakat terbuka dan mempunyai kesempatan dalam menetu

Tanggapan: Potret Kemiskinan Struktural – Struktur Budaya Amil Zakat (1)

Oleh Lathiful Khuluq Penulis biografi Mbah Hadratusy Sgaikh Hasyim Asy'ary dan sedang menulis ttg. kemiskinan untuk Ph.D. di McGill Univ. untuk Program PhD interdisciplinary Islamic Studies dan Social Work. Saya setuju dengan penulis, "tragedi zakat Pasuruan" bisa didekati dari sudut: 1. Kemiskinan struktural. Negara membiarkan kemiskinan terjadi dengan berbagai kebijakannya. Banyak kebijakan yang memiskinkan rakyat terutama di pedesaan. Policy bias kota adalah salah satu theori yang menjelaskan kemiskinan terutama di pedesaan. Pemerintah selama ini lebih memprioritaskan pembangunan di perkotaan karena salah satunya konstituen/ warga kota dekat dengan pusat kekuasaan. Kalau mereka bergolak lebih membahayakan kekuasaan karena mudah demo dan anarki di jantung kekuasaan. Ketiadaan pemihakan terhadap ekonomi pedesaan yang berbasis pertanian/perikanan menjadi faktor lain terjadinya kemiskinan terutama di pedesaan. Kurangnya prioritas pemerintah untuk meningkatkan SDM dengan me

Potret Kemiskinan Struktural – Struktur Budaya Amil Zakat (1)

Pendekatan empiric versus pendekatan struktur kekuasaan Oleh IksanHB K laim yang biasa dilakukan oleh pemerintah dalam menyampaikan laporannya tentang data kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi, jarang sekali menggunakan pendekatan atau metode analisa sosial yang mana sangat berpengaruh dalam menentukan keputusan politik. Saya akan mencoba memberi perbandingan yang mungkin bisa lebih imbang untuk mengenali faktor kausatif kemiskinan (potret kemiskinan ditengah klaim atas peristiwa pembagian zakat yang membawa korban nyawa): entah kemiskinan terutama disebabkan oleh kesalahan yang miskin sendiri, atau apakah hasil dari ketidak-sesuaian sosial, eksploitasi dan penindasan. Pendekatan pertama dianggap pendekatan perseorangan yang mengikat pada ranah kehidupan individu. Jika yang dipakai, adalah cita-cita akan mendidik, menolong atau secara tidak langsung membuka secara paksa yang miskin untuk menjadi lebih sukar dan untuk bertingkah lebih bertanggung jawab karena dianggap simiskin susah dia

Tragedi Zakat Maut Pasuruan dan Kemiskinan Struktural

Oleh IksanHb Tragedi di pembagian Zakat di Pasuruan yang menelan korban meninggal 21 orang , adalah sebuah potret kemiskinan struktural ( Kemiskinan struktur sosial dan kemiskinan yang diakibatkan oleh struktur kekuasaan). Kesombongan dan kecongkaan telah menjadi tren di tengah krisis sosial, krisis eksistensi menjadi bargaining sosial yang berimbas pada prilaku elit sosial dalam wilayah politik dan agama. Politik karena mereka pingin diakui bahwa rakyat miskin tergantung pada sikaya, sikaya menjual pengaruh pada elit politik disetiap tingkatan. Agama, kesalehan sosial menjadi tidak sesuai dengan realitas masyarakat yang notabene masyarakat tertindas, untuk mencapai pada tingkat kesalehan tidak harus detebus dengan membayar zakat tahunan, dimana menjadi kewajiban pribadi dengan mengatur sedemikian rupa seolah-olah tuhan telah menebus dosa-dosanya. Hak bagi sipenerima zakat tidak menjadi beban bagi mereka yang mempunyai hak, lalu kewajiban menjadi harga sosial yang harus dibayar dengan

Rekaman Suara RI-10

Antony Zeidra Abidin merekam pembicaraannya dengan Anwar Nasution. Alasan membongkar skandal suap Bank Indonesia. DESEMBER dua tahun lalu, dua kali Antony Zeidra Abidin menyambangi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution. Pertama, Antony bersama anggota Komisi Keuangan dan Perbankan, Bobby Suhardiman, diterima Anwar di ruang kerjanya. Kedua, Antony datang sendiri. Isu yang diobrolkan tak main-main: surat Anwar kepada Komisi Pemberantasan Korupsi yang bercerita tentang kejanggalan aliran dana sekitar Rp 100 miliar dari Bank Indonesia ke Dewan Perwakilan Rakyat. Antony tercatat sebagai salah satu penerima dana haram itu. Saat diskusi berlangsung, tanpa disadari Anwar, Antony merekam percakapan itu melalui recorder yang ia simpan di saku. Dalam rekaman itu, Anwar sempat berujar, ”Salah kau dulu, kenapa kau bikin aku di sini (Badan Pemeriksa Keuangan—Red.). Kalau kau bikin aku di sana (Bank Indonesia—Red.), dari dulu aku bayarnya.” Transkrip percakapan itu dibacakan pengacara Antony