Oleh IksanHB
Melunturnya nasionalisme bukan karena kebebasa media menempatkan halaman utamanya tentang keprihatinan bangsa ini. Munculnya gerakan yang mengobarkan nasionalisme karena banyaknya pembangunan yang salah urus dan bahkan sekedar mengejar syarat formal rutinitas pembangunan. Wajah baru isi bumi kita dari gemerlapnya sudut kota dan bangunan bercakar dengan menambahnya ketidak seimbangannya status sosial.
Banyak hotel dan gedung perkantoran yang berhimpitan dengan rumah petak, sementara itu kemiskinan dan diskriminasi menjadi saksi bisu. Negara kita yang kaya alam dan sumberdaya manusia belum menjadi milik bangsa yang merdeka. Wajah baru pemuda yang bergaya bos dan sok jago loby menjadi cara baru untuk membentuk identitas, tak jarang mereka harus membohongi teman sendiri, dan menutup rapat kehawatiran masa depannya. Pemuda yang kreatif menjadi tidak populer karena sering ketidak cocokan dengan cara baru yang dipamerkan oleh pemuda bisu akan realitas.
Opini yang terbuka kadang-kadang tidak selalu menguntungkan wajah pemimpin kita, sekalipun isi opini tersebut baik untuk bangsa. Keterbukan yang menjadi control negara, menjadi sangat penting dan harus disyukuri. Kesadaran bangsa kita yang tinggi menjadikan rasa kebangsaan dan kesatuan rakyat Indonesia semakin kuat.
Tumbuhnya organisasi muda baik tingkat lokal maupun tingkat nasional yang dibidani pemuda dan mahasiswa, tidak terlepas dari kesadaran rakyat dalam membaca situasi yang dinilai membahayakan karena semakin masuknya gagasan leberalisasi dan nafsu privatisasi yang tidak seimbang dengan kemampuan ekonomi rakyat. Belum lagi keuntungan yang didasari oleh regulasi yang berbeda dengan keinginan desakan internasional dengan harus meregulasi secara nasional.
Tumbuhnya organisasi Tani Indonesia belakanagn ini mendapat perhatian dari kalangan masyarakat Internasional, meskipun ada sebagian yang punya hubungan dekat partai tertentu akan tetapi kita masih berharap munculnya organisasi petani yang independen yang salah satunya organisasi tani Aliansi Petani Indonesia (API) yang di komandani Mohammad Nurrudin (Gus Din) dan kawan-kawan, menjadikan wilayah petani yang selama ini kurang mendapat perhatian dari kalangan organisasi kita, kini dengan hadirnya API pedampingan petani seamkin kuat. Semangat baru dan kritis mengantarkan petani Indonesia menjadi kuat dan membuka cakrawala generasi baru bersama membangun bangsa. Terbangunnya kesadaran untuk berkarya tanpa tergantung modal asing menjadi prioritas didalam pola pengorganisiran petani mandiri.
Menempatkan Posisi Rakyat
Lemahnya ekonomi Indonesia adalah terjebaknya Indonesia dalam menerima tekanan internasional khususnya negara-negara yang menganut pasar bebas. Cap negara kapitalis belum tentu mereka kapitalisme, kadang kadang itu hanya opini internasional yang digunakan untuk melakukan bargaining dalam merumuskan naskah-naskah MOU, sehingga mendapat reaksi dari LSM yang bermain soal teori. Pasar bebas yang kita bisa artikan bebas menjual dan dijual oleh orang-orang yang mempunya modal, barang kali itu lucu. Akan tetapi paling tidak kita mempermudah kesadaran kita untuk selalu memperkuat diri dengan hak kedaulatan rakyat dan kedaulatan negara sebagai kesadaran hakiki. Kemiskinan tidak harus menjual negara, negara tidak harus menjual rakyat miskin.
Kemerdekan yang tergambar dalam semagat nasionalisme menjadikan rakyat berdaulat, posisi yang sangat mulia ini tentu harus menjadi acuan bagi pemimpin bangsa ini. Kalau pemimpin kita berusaha untuk mengurangi makna kedaulatan rakyat menjadi obyek ekstra pajak, menjadikan posisi rakyat menjadi tukang kuli penguasa. Kesempatan yang baik yang diberikan oleh rakyat untuk mengelola bangsa yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia ini jangan jadikan ajang ujicoba
Kesalahan secara structural, secara prinsip kita tolok dengan kesadaran baru. Namun demikian ekonomi yang kita kenal dengan keseimbangan dan kanibal, tidak cukup untuk menyederhanakan teori dan praktek dalam menganalisis persoalan ekonomi mikro. Ekonomi kanibal yang tentu tidak kita inginkan barangkali, sama dengan yang dirasakan oleh para tengkulak kampung yang mengandalkan modal keringat dan kesabaran dalam memutarkan uang. “Siapa yang kuat dia akan hidup” dengan jamuan ekonomi bebas Apa yang menjadi tidak selaras dengan gagasan akademik bila dihadapkan dengan bank konfensional–tradisional?
Dengan makanisme pasar-bebas yang kita ketahui melalui teori-teori ekonomi dimana yang kuat akan selalu lebih mampu meraih manfaat di pasar (maraup keuntungan). Kanibal yang dibungkus dengan kapitalisme yang kasar barang kali kita temukan dalam istilah “tidak lagi seseorang bisa beruntung dan menguntungkan tanpa membuat orang lain merugi dan dirugikan”, maka dalam pasar-bebas yang kita kenal mungkin sangat menakutkan dan menjadi batu ganjalan dalam menciptakan keseimbangan ekonomi global.
Bingkai Nasionalisme Ekonomi
Perjuangan rakyat Indonesia sebelum Kemerdekaan Indonesia kita peroleh, para pendiri bangsa kita secara naluri dan fisik telah kita ketahui dari proses belajar. Penyatuan visi dan misi yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini dengan jeli membaca dan mengambil pengalaman negara lain dalam menggunakan individualisme dan liberalism. Kita tidak harus mengkopi cara Bung Hatta dan Bung Karno, akan tetapi semangat yang tinggi dalam memperjuangkan kepentingan nasional patut kita teladani. Bung Hatta yang kita kenal pemimpin yang gigih sebagaimana pernyataan “ lebih baik Indonesia tenggelam kedasar lautan daripada menjadi embel-embel bangsa lain..” Bung Karno yang kita kenal dengan Klaagt-Aan” (Indonesia Menggugat), menjadi darah baru untuk rakyat indonesia dalam menyatukan kedaulatan rakyat dengan menyatukan seluruh kebudayaan, dan teritorial bangsa Indonesia menghadapi imperialism.
Untuk menjadikan kekuatan ekonomi nasional kita, rakyat harus diposisikan sebagai sentaral kedaulatan rakyat atas negara dan bukan sebaliknya posisi rakyat adalah dijadikan subordidinasi dari kepentingan kekuasaan. Oleh karena itu, Kedaulatan rakyat jangan lagi diartikan sempit dari kepentingan golongan, akan tetapi kedaulan rakyat adalah seluruh anak bangsa yang lahir dibumi Indonesia dari sabang sampai meraoke. Teori trickle-down effect (teori rembesan ke bawah) yang kita kenal harus dihentikan, karena teori itu syarat dengan kepentingan kekuasaan dan pemodal yang sangat membahayakan rakyat. Masak rakyat yang berdaulay hanya dapat rembesan sampah-sampah politik.
Tunjukkan sekarang kalau kita masih menggunakan Pasal 33 UUD 1945 bahwa (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 27 UUD 1945 , bahwa (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Dengan seluruh kekuatan rakyat, bangsa yang besar, pluralisme dan kaya sumber daya alam dan sumber daya munusia, Mari kita bangkitkan ekonomi rakyat, damai dan sejahtera.
Melunturnya nasionalisme bukan karena kebebasa media menempatkan halaman utamanya tentang keprihatinan bangsa ini. Munculnya gerakan yang mengobarkan nasionalisme karena banyaknya pembangunan yang salah urus dan bahkan sekedar mengejar syarat formal rutinitas pembangunan. Wajah baru isi bumi kita dari gemerlapnya sudut kota dan bangunan bercakar dengan menambahnya ketidak seimbangannya status sosial.
Banyak hotel dan gedung perkantoran yang berhimpitan dengan rumah petak, sementara itu kemiskinan dan diskriminasi menjadi saksi bisu. Negara kita yang kaya alam dan sumberdaya manusia belum menjadi milik bangsa yang merdeka. Wajah baru pemuda yang bergaya bos dan sok jago loby menjadi cara baru untuk membentuk identitas, tak jarang mereka harus membohongi teman sendiri, dan menutup rapat kehawatiran masa depannya. Pemuda yang kreatif menjadi tidak populer karena sering ketidak cocokan dengan cara baru yang dipamerkan oleh pemuda bisu akan realitas.
Opini yang terbuka kadang-kadang tidak selalu menguntungkan wajah pemimpin kita, sekalipun isi opini tersebut baik untuk bangsa. Keterbukan yang menjadi control negara, menjadi sangat penting dan harus disyukuri. Kesadaran bangsa kita yang tinggi menjadikan rasa kebangsaan dan kesatuan rakyat Indonesia semakin kuat.
Tumbuhnya organisasi muda baik tingkat lokal maupun tingkat nasional yang dibidani pemuda dan mahasiswa, tidak terlepas dari kesadaran rakyat dalam membaca situasi yang dinilai membahayakan karena semakin masuknya gagasan leberalisasi dan nafsu privatisasi yang tidak seimbang dengan kemampuan ekonomi rakyat. Belum lagi keuntungan yang didasari oleh regulasi yang berbeda dengan keinginan desakan internasional dengan harus meregulasi secara nasional.
Tumbuhnya organisasi Tani Indonesia belakanagn ini mendapat perhatian dari kalangan masyarakat Internasional, meskipun ada sebagian yang punya hubungan dekat partai tertentu akan tetapi kita masih berharap munculnya organisasi petani yang independen yang salah satunya organisasi tani Aliansi Petani Indonesia (API) yang di komandani Mohammad Nurrudin (Gus Din) dan kawan-kawan, menjadikan wilayah petani yang selama ini kurang mendapat perhatian dari kalangan organisasi kita, kini dengan hadirnya API pedampingan petani seamkin kuat. Semangat baru dan kritis mengantarkan petani Indonesia menjadi kuat dan membuka cakrawala generasi baru bersama membangun bangsa. Terbangunnya kesadaran untuk berkarya tanpa tergantung modal asing menjadi prioritas didalam pola pengorganisiran petani mandiri.
Menempatkan Posisi Rakyat
Lemahnya ekonomi Indonesia adalah terjebaknya Indonesia dalam menerima tekanan internasional khususnya negara-negara yang menganut pasar bebas. Cap negara kapitalis belum tentu mereka kapitalisme, kadang kadang itu hanya opini internasional yang digunakan untuk melakukan bargaining dalam merumuskan naskah-naskah MOU, sehingga mendapat reaksi dari LSM yang bermain soal teori. Pasar bebas yang kita bisa artikan bebas menjual dan dijual oleh orang-orang yang mempunya modal, barang kali itu lucu. Akan tetapi paling tidak kita mempermudah kesadaran kita untuk selalu memperkuat diri dengan hak kedaulatan rakyat dan kedaulatan negara sebagai kesadaran hakiki. Kemiskinan tidak harus menjual negara, negara tidak harus menjual rakyat miskin.
Kemerdekan yang tergambar dalam semagat nasionalisme menjadikan rakyat berdaulat, posisi yang sangat mulia ini tentu harus menjadi acuan bagi pemimpin bangsa ini. Kalau pemimpin kita berusaha untuk mengurangi makna kedaulatan rakyat menjadi obyek ekstra pajak, menjadikan posisi rakyat menjadi tukang kuli penguasa. Kesempatan yang baik yang diberikan oleh rakyat untuk mengelola bangsa yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia ini jangan jadikan ajang ujicoba
Kesalahan secara structural, secara prinsip kita tolok dengan kesadaran baru. Namun demikian ekonomi yang kita kenal dengan keseimbangan dan kanibal, tidak cukup untuk menyederhanakan teori dan praktek dalam menganalisis persoalan ekonomi mikro. Ekonomi kanibal yang tentu tidak kita inginkan barangkali, sama dengan yang dirasakan oleh para tengkulak kampung yang mengandalkan modal keringat dan kesabaran dalam memutarkan uang. “Siapa yang kuat dia akan hidup” dengan jamuan ekonomi bebas Apa yang menjadi tidak selaras dengan gagasan akademik bila dihadapkan dengan bank konfensional–tradisional?
Dengan makanisme pasar-bebas yang kita ketahui melalui teori-teori ekonomi dimana yang kuat akan selalu lebih mampu meraih manfaat di pasar (maraup keuntungan). Kanibal yang dibungkus dengan kapitalisme yang kasar barang kali kita temukan dalam istilah “tidak lagi seseorang bisa beruntung dan menguntungkan tanpa membuat orang lain merugi dan dirugikan”, maka dalam pasar-bebas yang kita kenal mungkin sangat menakutkan dan menjadi batu ganjalan dalam menciptakan keseimbangan ekonomi global.
Bingkai Nasionalisme Ekonomi
Perjuangan rakyat Indonesia sebelum Kemerdekaan Indonesia kita peroleh, para pendiri bangsa kita secara naluri dan fisik telah kita ketahui dari proses belajar. Penyatuan visi dan misi yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini dengan jeli membaca dan mengambil pengalaman negara lain dalam menggunakan individualisme dan liberalism. Kita tidak harus mengkopi cara Bung Hatta dan Bung Karno, akan tetapi semangat yang tinggi dalam memperjuangkan kepentingan nasional patut kita teladani. Bung Hatta yang kita kenal pemimpin yang gigih sebagaimana pernyataan “ lebih baik Indonesia tenggelam kedasar lautan daripada menjadi embel-embel bangsa lain..” Bung Karno yang kita kenal dengan Klaagt-Aan” (Indonesia Menggugat), menjadi darah baru untuk rakyat indonesia dalam menyatukan kedaulatan rakyat dengan menyatukan seluruh kebudayaan, dan teritorial bangsa Indonesia menghadapi imperialism.
Untuk menjadikan kekuatan ekonomi nasional kita, rakyat harus diposisikan sebagai sentaral kedaulatan rakyat atas negara dan bukan sebaliknya posisi rakyat adalah dijadikan subordidinasi dari kepentingan kekuasaan. Oleh karena itu, Kedaulatan rakyat jangan lagi diartikan sempit dari kepentingan golongan, akan tetapi kedaulan rakyat adalah seluruh anak bangsa yang lahir dibumi Indonesia dari sabang sampai meraoke. Teori trickle-down effect (teori rembesan ke bawah) yang kita kenal harus dihentikan, karena teori itu syarat dengan kepentingan kekuasaan dan pemodal yang sangat membahayakan rakyat. Masak rakyat yang berdaulay hanya dapat rembesan sampah-sampah politik.
Tunjukkan sekarang kalau kita masih menggunakan Pasal 33 UUD 1945 bahwa (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 27 UUD 1945 , bahwa (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Dengan seluruh kekuatan rakyat, bangsa yang besar, pluralisme dan kaya sumber daya alam dan sumber daya munusia, Mari kita bangkitkan ekonomi rakyat, damai dan sejahtera.
Comments