Oleh IksanHb
Pemilu 2009 akan dilihat dari proses sejarah sebagaimana dimulai pada kembalinya keadaan dramatik akan tekhnik, metode dan taktik politik nasional. Tahun ini, proses politik nasional telah kembali secara akrobatik sebagaimana hilangnya kekuatan elit dan Rakyat dimana akan menggunakan hak pilihnya kembali pada pemili 2009.
Pelaksanaan dua pemilu, pemilu anggota legislatif dan pemilu presiden pada tahun 2009 “komunikasi masa“ biasanya menunjukkan sedikit bicara untuk sebagian besar jurnalistik dan media elektronik yang mana mereka mengontrol. Sekarang itu mungkin kembali ditemukan dalam media politik yang digunakan komunikasi masa , secara tidak sadar mempu menjatuhkan beberapa elit mereka, yang kemudian sering membikin objek geram terhadap mantan elit mereka.
Kalahnya pada jaringan kerja dalam perang media pro pemerintah melawan blogger adalah satu dari sebagian besar yang secara dramatis dalam dinamika politik baru kita kenal dalam proses politik Amerika. Salah satu contoh proses politik pemilu presiden diman Obama memenangkan pemilihan presiden pada tanggal 4 Nopember 2008. Sama dengan apa yang terjadi dalam proses politik nasional, meskipun masih ada perbedaan situasi dan kondisi sitem pemilu nasional kita. Dengan menjamurnya media cetak maupun elektronik telah banyak menyumbangkan dan mempengaruhi proses politik dan demokratisasi saat ini.
Cara mempopulerkan diri partai dengan memasang calon legislatif dari kalangan artis, dianggap sebuah cara paling jitu untuk meraih suara dan mendorong para pengusaha untuk masuk dalam brisan politik mereka dengan tidak menari-narik mantan jendral sebagai tiket paling mahal sehingga bisa mudah mengalahkan lawan politiknya. Peran media alternative merupakan sebuah alat politik maya yang mudah diakses oleh kelas menengah tanpa banyak menghabiskan ongkos politik. Cepatnya akses informasi akan memudahkan pemilih untuk menentukan pilihannya dan secara dramatis jaringan maya mampu memporakporandakan kekuatan politik yang tidak berpihak pada mereka .
Kejujuran dan keberpihakan yang dilakukan oleh media alternative tentu akan mempengaruhi perang media politik, seperti blogger dan juga ruang akses gerakan kampus sangat diuji dalam pertarungan politik nasional dalam pemilu 2009, yang mana mereka menginginkan perubahan. Alat propaganda seluruh Parti politik tidak mudah menghentikan link media, baik dalam kampus maupun diluar kampus yang mana kekuatan media alternative secara interaktif masuk pada sel kekuatan rakyat “people power “. Apa yang dilakukan oleh SBY untuk menarik perhatian pada rakyat, tidak lain karena hilangnya populeritas kebijakan dan kurang memberi kepastian atau tidak mampu meyakinkan pada rakyat akan persoalan ekonomi yang sangat berat. Pendekatan lama dengan menggunakan propaganda kebijakan kambing hitam atau bersembunya dibalik politik dunia akan membahayakan bagi rakyat. Contoh kebijakan yang bersembunyi dibalik politik ekonomi dunia terjadi pada pemerintahan Bush, Soeharto ( krisis politik dan moneter tahun 1998) dan kebijakan SBY-JK dalam menaikkan harga BBM dan masih banyak lagi.
Dan ketika media elit politik dan kekuasaan pecah dalam pilkada beberapa waktu lalu, setidaknya ada benang merah menyertai bayang-bayang pemilu 2009. Kelompok pragmatis yang sering bermain jangka mudah berkoalisi dengan kekuatan lama yang mana mereka lebih mementingkan pribadi atau kelompoknya dari pada untuk kepentingan rakyat “ yang penting kantong tebal.” Situasi politik seperti itu , memberi peluang terhadap kelompok minoritas memberi dukungannya terhadap partai-partai kecil. Monitor media alternative dengan media nasional sering kali berbeda cara pandang dalam mencari sumber , blogger salah satunya yang sering memunculkan kajian-kajian otokritik yang dipoles dengan kasus-kasus lokal sehingga mampu memperkaya informasi pemberdayaan politik tingkat bawah.
Di akhir manifestasi kekuatan rakyat “people power” datang disaat hari pemilu tiba, tetapi apakah kekuatan riel masih ada pada partai besar seperti PDIP dan GOLKAR atau sebaliknya bergeser pada partai-partai kecil atau partai baru dalam kampanye 2009? Kalau mengaca dari fenomena tumbangnya kekuatan partai-besar dalam PILKADA , setidaknya modal besar bagi partai-partai kecil maupun capres wajah baru pada PILPRES 2009. Seberapa efektifkah kampanye yang dilakukan oleh elit politik dan kekuasaan dengan membeli tayangan iklan yang sangat mahal ? Haruskah kekuasaan digunakan alat politik untuk memperlebar perolehan suara.
Haruskah media lebih memperhatikan keuntungan dari pada alat control dan pendidikan politik rakyat? Kalau partai koalisi yang berkuasa saat ini harus membayar pemilih, adakah satu kekuatan penyeimbang yang datang dari kelompok minoritas, bersatu membangun kekuatan dengan menyokong salah satu calon yang dianggap membawa aspirasi mereka. Situasi politik seperti itu terjadi dalam pemilihan presiden Amerika dimana kelompok-kelompok minoritas bersatu mendukung salah satu calon presiden dari keturunan Afrika yaitu OBAMA karena Obama dalam kampanyenya membawa agenda perubahan yang sangat revolusioner , sehingga mempermudah mengalahkan calon yang diusung oleh partai republic dimana masih berkuasa. Peran media alternatif sangat membantu Obama dalam menjelaskan agenda perubahannya saat kampanye berlangsung.
Mampukah media berperan aktif dalam memperluas sayap kekuatan rakyat dan memenangkan pemilu 2009? Pertanyaan ini sangatlah berat sekaligus menggugah kelompok kebijakan pro rakyat, namun demikian persoalan yang sangat besar bagi media alternative untuk memperluas aksesnya sangat susah, karena pengguna internet yang masih sangat rendah dan juga transportasi yang masih mahal. Kalau calon presiden dan partai-partai member akses terhadap media alternative seperti blogger dan lain-lain tidak menutup kemungkinan mimpi perubahan dari people power akan terjadi. Lebih dari duapuluahan propinsi yang mengantongi suara yang cukup besar , partai politik maupun calon presiden akan memainkan peranannya dengan media lokal , juga secara langsung masuk kekantong-kantong media informasi, seperti Pondok pesantren dan lembaga-lembaga agama.
Rendahnya dukungan rakyat terhadap kebijakan pemerintah, menunjukkan betapa lemahnya kepemimpinan SBY-JK. Keraguan pasar dan semakin meningkatnya spekulan terhadap nilai tukar barang mempengaruhi ketidakstabilannya harga jual komuditas ditingkat petani. Apa lagi stimulan yang di berikan kepada petani tidak sesuai dengan kebutuhan, terlepas dari persoalan factor alam akan tetapi masalah riel yang dihadapi petani hampir sebagian besar tidak ada gunanya. Kini giliran elit politik mencoba merebut suara rakyat dengan cengar-cengir lagi dimedia nasional yang notabene adalah bisnis iklan politik.
Lebih dalam, jatuhnya partai yang berkuasa saat ini disetiap pemilihan kepala daerah menunjukkan sentiment dan perlawanan yang sangat serius yang diberikan oleh rakyat terhadap partai yang berkuasa saat ini baik itu Partai Demokrat maupun Partai Golkar. Tetapi kontrol rakyat pada tahun 2009 tergantung pada seberapa serius pemerintah memberi kepastian ekonomi dan keamanan. Opini public dalam hal ini sangat tergantung regulasi politik dengan realitas pasar, khususnya ditingkat bawah . Lebih hawatir lagi kalau pembangkangan sipil terjadi akibat kurang wibawanya pemerintah dan lemahnya prodak hukum karena elit politik sudah tidak lagi dipercaya oleh rakyat.
Kemudian ada banyak blogger yang setiap hari, setiap orang mendapat informasi yang berupa berita dari teman maupun saudara tentang pemilu 2009. Website juga sangat mempermudah untuk mendapat akses baik isi berita maupun komentar –komentar. Media informal Yang secara gratis, yang tak disunting secara birokrasi, tidak mudah ikut arus pendapat, pengalaman dan respon politik spontan dalam chat box ,dengan sadar dunia maya akan semakin penting dan masuk bagian politik 2009.
Situasi pemilu 2009 akan banyak jalan buntu bagi politisi muda yang cerdas dan berpengalam dibidang advokasi , karena system suara terbanyak dalam pemilihan legislative akan mempermudah elit politik maupun kelompok pengusaha mempengaruhi pemilih untuk memilih mereka. Secara ideal sitem pemilihan suara terbanyak akan lebih demokratis , persoalannya situasi sekarang dimana krisis ekonomi yang semakin berat dikalan bawah, akan sangat mudah memberikan pilihannya bagi yang membawa uang bukan agenda kampanyenya. Kalau pendidikan politik gagal dalam pemilu 2009 ini persoalan bangsa ini akan semakin dalam, akan tetapi kalau pendidikan politik berhasil dilakukan maka kehawatiran bagi politisi yang bermodal pengetahuan, pengalaman pendampingan masyarakat dan kejujuran akan tersingkir dari pemilu 2009 akan kecil kemungkinan.
Kalau situasi semakin memanas politik Tanah Air. Para pemadam kebakaran akan semakin sedikit dan bahkan langkah karena semua tokoh netral akan ikut arus loby politik tingkat bawah termasuk kemungkinan pesantren dan kelompok masyarakat yang berbasis masa. Apakah lalu parpol dan politisi ditingkat elit harus memaksakan diri membawa obor tanpa tujuan kompetisi demokrasi 2009? Kalau diprediksi pemilu 2009 hanya akan berpengaruh pada parpol dan politisi yang bertarung merebut kekuasaan tentu akan menjadi harga yang hahal dan mempersulit akses parpol dan politisi baru.
Akrobat dan drama politik maya tidak jauh dari pemilu-pemilu sebelumnya, pertarungan ide tidak begitu muncul dalam kampanye kecuali saling menyerang dan janji-janji palsu. Apakah akan ada cukup banyak ruang bagi parpol baru dan politisi baru diarena media nasional yang secara organisasi belum kuat? Kalau harus bertarung melalui media dengan harus membayar iklan dan memperbesar basis simpul partai sampai tingkat bawah, siapa yang harus menjadi penyeimbang suara rakyat. Prediksi ini mungkin berlebihan akan tetapi kalau kelompok kelas menengah kebawah berfikir jernih, maka ruang public akan terbagi dua akses: pertama akses langsung tanpa memperdulikan siapa yang berperan membawa uang (secara sadar butuh perubahan) dan kedua akses yang secara terorganisir dibiayai oleh parpol yang mempunyai dana cukup dan menggunakan jaringan kekuasaan.
Mendorong keinginan rakyat terhadap pelaksanaan pemilu 2009 lebih berperan aktif sampai hari pelaksaan pemilihan legislative dan pemilihan presiden tidaklah mudah. Namun demikian keharusan menjadi syarat mutlak bagi parpol dan politisi untuk meyakinkan rakyat dimana keraguan rakyat selama ini bias ditepis. Bukan malah semakin meyakinkan rakyat bahwa parpol dan politisi tidak bias mengatasi masalah yang dihadapi bangsa saat ini, apa lagi yang dikesankan hanya mengejar popularitas.
Banyak gambar dan slogan di media-media nasional maupubn lokal yang tidak kalah serunya sepanduk dan stiker ada di sudut-sudut kota, menganti cat tembok. Tidak banyak program yang mewarnai berita-berita nasional yang menyentuih langsung segala persoalan bangsa ini. Dengan sedikit perubahan pada pelaksanaan pemilu 2009 ini, persaingan anter parpol, persaingan anter calon legislative maupun presiden akan semakin ketat. Sebagaimana sistem penetapan caleg terpilih dengan suara terbanyak.
lancer-lancar saja. Disatu sisi Peran pemerintah dalam memberantas korupsi sedikit ada kemajuan, m"Tahun 2008-2009 ini, demokrasi kita terkukuhkan menjadi demokrasi formalitas atau demokrasi ditataran elit kekuasaan dimana rakyat tidak punya jalur yang cukup untuk menyampaikan keinginannya. Akses yang selama ini dipertontonkan melalui jalur istana ke senayan, istana ke gubernur sampai bupati/walikota, akses senayan ke DPRD I-DPRD II. Menjadi lebih jelas lagi ketika jalur korupsi masih eskipun itu diklaim sebagai keberhasilan, disisi lain orang tidak kapok melakukan korupsi.
Program yang jelas dimana harus dikedepankan oleh parpol amupun politisi, Jangan sampai peran rakyat yang mempunyai kedaulatan penuh menjadi tidak diperhatikan. Rakyat harus menjadi sumber utama dalam proses berbangsa dan bernegara.
Jangan lagi membohomgi rakyat lewat iklan politik dan slogan politik, apalagi mengkampanyekan diri dengan menjual barang dagangannya untuk kepentingan pribadi dengan sejumlah persoalan dan beban hidup rakyat yang semakin berat ini tentu menjadi semangat berjuang untuk melakukan perubahan dalam rangka membuka lapangan dan membuka kesempatan yang sama demi terwujudnya negara yang adil dan makmur.
Pemilu 2009 akan dilihat dari proses sejarah sebagaimana dimulai pada kembalinya keadaan dramatik akan tekhnik, metode dan taktik politik nasional. Tahun ini, proses politik nasional telah kembali secara akrobatik sebagaimana hilangnya kekuatan elit dan Rakyat dimana akan menggunakan hak pilihnya kembali pada pemili 2009.
Pelaksanaan dua pemilu, pemilu anggota legislatif dan pemilu presiden pada tahun 2009 “komunikasi masa“ biasanya menunjukkan sedikit bicara untuk sebagian besar jurnalistik dan media elektronik yang mana mereka mengontrol. Sekarang itu mungkin kembali ditemukan dalam media politik yang digunakan komunikasi masa , secara tidak sadar mempu menjatuhkan beberapa elit mereka, yang kemudian sering membikin objek geram terhadap mantan elit mereka.
Kalahnya pada jaringan kerja dalam perang media pro pemerintah melawan blogger adalah satu dari sebagian besar yang secara dramatis dalam dinamika politik baru kita kenal dalam proses politik Amerika. Salah satu contoh proses politik pemilu presiden diman Obama memenangkan pemilihan presiden pada tanggal 4 Nopember 2008. Sama dengan apa yang terjadi dalam proses politik nasional, meskipun masih ada perbedaan situasi dan kondisi sitem pemilu nasional kita. Dengan menjamurnya media cetak maupun elektronik telah banyak menyumbangkan dan mempengaruhi proses politik dan demokratisasi saat ini.
Cara mempopulerkan diri partai dengan memasang calon legislatif dari kalangan artis, dianggap sebuah cara paling jitu untuk meraih suara dan mendorong para pengusaha untuk masuk dalam brisan politik mereka dengan tidak menari-narik mantan jendral sebagai tiket paling mahal sehingga bisa mudah mengalahkan lawan politiknya. Peran media alternative merupakan sebuah alat politik maya yang mudah diakses oleh kelas menengah tanpa banyak menghabiskan ongkos politik. Cepatnya akses informasi akan memudahkan pemilih untuk menentukan pilihannya dan secara dramatis jaringan maya mampu memporakporandakan kekuatan politik yang tidak berpihak pada mereka .
Kejujuran dan keberpihakan yang dilakukan oleh media alternative tentu akan mempengaruhi perang media politik, seperti blogger dan juga ruang akses gerakan kampus sangat diuji dalam pertarungan politik nasional dalam pemilu 2009, yang mana mereka menginginkan perubahan. Alat propaganda seluruh Parti politik tidak mudah menghentikan link media, baik dalam kampus maupun diluar kampus yang mana kekuatan media alternative secara interaktif masuk pada sel kekuatan rakyat “people power “. Apa yang dilakukan oleh SBY untuk menarik perhatian pada rakyat, tidak lain karena hilangnya populeritas kebijakan dan kurang memberi kepastian atau tidak mampu meyakinkan pada rakyat akan persoalan ekonomi yang sangat berat. Pendekatan lama dengan menggunakan propaganda kebijakan kambing hitam atau bersembunya dibalik politik dunia akan membahayakan bagi rakyat. Contoh kebijakan yang bersembunyi dibalik politik ekonomi dunia terjadi pada pemerintahan Bush, Soeharto ( krisis politik dan moneter tahun 1998) dan kebijakan SBY-JK dalam menaikkan harga BBM dan masih banyak lagi.
Dan ketika media elit politik dan kekuasaan pecah dalam pilkada beberapa waktu lalu, setidaknya ada benang merah menyertai bayang-bayang pemilu 2009. Kelompok pragmatis yang sering bermain jangka mudah berkoalisi dengan kekuatan lama yang mana mereka lebih mementingkan pribadi atau kelompoknya dari pada untuk kepentingan rakyat “ yang penting kantong tebal.” Situasi politik seperti itu , memberi peluang terhadap kelompok minoritas memberi dukungannya terhadap partai-partai kecil. Monitor media alternative dengan media nasional sering kali berbeda cara pandang dalam mencari sumber , blogger salah satunya yang sering memunculkan kajian-kajian otokritik yang dipoles dengan kasus-kasus lokal sehingga mampu memperkaya informasi pemberdayaan politik tingkat bawah.
Di akhir manifestasi kekuatan rakyat “people power” datang disaat hari pemilu tiba, tetapi apakah kekuatan riel masih ada pada partai besar seperti PDIP dan GOLKAR atau sebaliknya bergeser pada partai-partai kecil atau partai baru dalam kampanye 2009? Kalau mengaca dari fenomena tumbangnya kekuatan partai-besar dalam PILKADA , setidaknya modal besar bagi partai-partai kecil maupun capres wajah baru pada PILPRES 2009. Seberapa efektifkah kampanye yang dilakukan oleh elit politik dan kekuasaan dengan membeli tayangan iklan yang sangat mahal ? Haruskah kekuasaan digunakan alat politik untuk memperlebar perolehan suara.
Haruskah media lebih memperhatikan keuntungan dari pada alat control dan pendidikan politik rakyat? Kalau partai koalisi yang berkuasa saat ini harus membayar pemilih, adakah satu kekuatan penyeimbang yang datang dari kelompok minoritas, bersatu membangun kekuatan dengan menyokong salah satu calon yang dianggap membawa aspirasi mereka. Situasi politik seperti itu terjadi dalam pemilihan presiden Amerika dimana kelompok-kelompok minoritas bersatu mendukung salah satu calon presiden dari keturunan Afrika yaitu OBAMA karena Obama dalam kampanyenya membawa agenda perubahan yang sangat revolusioner , sehingga mempermudah mengalahkan calon yang diusung oleh partai republic dimana masih berkuasa. Peran media alternatif sangat membantu Obama dalam menjelaskan agenda perubahannya saat kampanye berlangsung.
Mampukah media berperan aktif dalam memperluas sayap kekuatan rakyat dan memenangkan pemilu 2009? Pertanyaan ini sangatlah berat sekaligus menggugah kelompok kebijakan pro rakyat, namun demikian persoalan yang sangat besar bagi media alternative untuk memperluas aksesnya sangat susah, karena pengguna internet yang masih sangat rendah dan juga transportasi yang masih mahal. Kalau calon presiden dan partai-partai member akses terhadap media alternative seperti blogger dan lain-lain tidak menutup kemungkinan mimpi perubahan dari people power akan terjadi. Lebih dari duapuluahan propinsi yang mengantongi suara yang cukup besar , partai politik maupun calon presiden akan memainkan peranannya dengan media lokal , juga secara langsung masuk kekantong-kantong media informasi, seperti Pondok pesantren dan lembaga-lembaga agama.
Rendahnya dukungan rakyat terhadap kebijakan pemerintah, menunjukkan betapa lemahnya kepemimpinan SBY-JK. Keraguan pasar dan semakin meningkatnya spekulan terhadap nilai tukar barang mempengaruhi ketidakstabilannya harga jual komuditas ditingkat petani. Apa lagi stimulan yang di berikan kepada petani tidak sesuai dengan kebutuhan, terlepas dari persoalan factor alam akan tetapi masalah riel yang dihadapi petani hampir sebagian besar tidak ada gunanya. Kini giliran elit politik mencoba merebut suara rakyat dengan cengar-cengir lagi dimedia nasional yang notabene adalah bisnis iklan politik.
Lebih dalam, jatuhnya partai yang berkuasa saat ini disetiap pemilihan kepala daerah menunjukkan sentiment dan perlawanan yang sangat serius yang diberikan oleh rakyat terhadap partai yang berkuasa saat ini baik itu Partai Demokrat maupun Partai Golkar. Tetapi kontrol rakyat pada tahun 2009 tergantung pada seberapa serius pemerintah memberi kepastian ekonomi dan keamanan. Opini public dalam hal ini sangat tergantung regulasi politik dengan realitas pasar, khususnya ditingkat bawah . Lebih hawatir lagi kalau pembangkangan sipil terjadi akibat kurang wibawanya pemerintah dan lemahnya prodak hukum karena elit politik sudah tidak lagi dipercaya oleh rakyat.
Kemudian ada banyak blogger yang setiap hari, setiap orang mendapat informasi yang berupa berita dari teman maupun saudara tentang pemilu 2009. Website juga sangat mempermudah untuk mendapat akses baik isi berita maupun komentar –komentar. Media informal Yang secara gratis, yang tak disunting secara birokrasi, tidak mudah ikut arus pendapat, pengalaman dan respon politik spontan dalam chat box ,dengan sadar dunia maya akan semakin penting dan masuk bagian politik 2009.
Situasi pemilu 2009 akan banyak jalan buntu bagi politisi muda yang cerdas dan berpengalam dibidang advokasi , karena system suara terbanyak dalam pemilihan legislative akan mempermudah elit politik maupun kelompok pengusaha mempengaruhi pemilih untuk memilih mereka. Secara ideal sitem pemilihan suara terbanyak akan lebih demokratis , persoalannya situasi sekarang dimana krisis ekonomi yang semakin berat dikalan bawah, akan sangat mudah memberikan pilihannya bagi yang membawa uang bukan agenda kampanyenya. Kalau pendidikan politik gagal dalam pemilu 2009 ini persoalan bangsa ini akan semakin dalam, akan tetapi kalau pendidikan politik berhasil dilakukan maka kehawatiran bagi politisi yang bermodal pengetahuan, pengalaman pendampingan masyarakat dan kejujuran akan tersingkir dari pemilu 2009 akan kecil kemungkinan.
Kalau situasi semakin memanas politik Tanah Air. Para pemadam kebakaran akan semakin sedikit dan bahkan langkah karena semua tokoh netral akan ikut arus loby politik tingkat bawah termasuk kemungkinan pesantren dan kelompok masyarakat yang berbasis masa. Apakah lalu parpol dan politisi ditingkat elit harus memaksakan diri membawa obor tanpa tujuan kompetisi demokrasi 2009? Kalau diprediksi pemilu 2009 hanya akan berpengaruh pada parpol dan politisi yang bertarung merebut kekuasaan tentu akan menjadi harga yang hahal dan mempersulit akses parpol dan politisi baru.
Akrobat dan drama politik maya tidak jauh dari pemilu-pemilu sebelumnya, pertarungan ide tidak begitu muncul dalam kampanye kecuali saling menyerang dan janji-janji palsu. Apakah akan ada cukup banyak ruang bagi parpol baru dan politisi baru diarena media nasional yang secara organisasi belum kuat? Kalau harus bertarung melalui media dengan harus membayar iklan dan memperbesar basis simpul partai sampai tingkat bawah, siapa yang harus menjadi penyeimbang suara rakyat. Prediksi ini mungkin berlebihan akan tetapi kalau kelompok kelas menengah kebawah berfikir jernih, maka ruang public akan terbagi dua akses: pertama akses langsung tanpa memperdulikan siapa yang berperan membawa uang (secara sadar butuh perubahan) dan kedua akses yang secara terorganisir dibiayai oleh parpol yang mempunyai dana cukup dan menggunakan jaringan kekuasaan.
Mendorong keinginan rakyat terhadap pelaksanaan pemilu 2009 lebih berperan aktif sampai hari pelaksaan pemilihan legislative dan pemilihan presiden tidaklah mudah. Namun demikian keharusan menjadi syarat mutlak bagi parpol dan politisi untuk meyakinkan rakyat dimana keraguan rakyat selama ini bias ditepis. Bukan malah semakin meyakinkan rakyat bahwa parpol dan politisi tidak bias mengatasi masalah yang dihadapi bangsa saat ini, apa lagi yang dikesankan hanya mengejar popularitas.
Banyak gambar dan slogan di media-media nasional maupubn lokal yang tidak kalah serunya sepanduk dan stiker ada di sudut-sudut kota, menganti cat tembok. Tidak banyak program yang mewarnai berita-berita nasional yang menyentuih langsung segala persoalan bangsa ini. Dengan sedikit perubahan pada pelaksanaan pemilu 2009 ini, persaingan anter parpol, persaingan anter calon legislative maupun presiden akan semakin ketat. Sebagaimana sistem penetapan caleg terpilih dengan suara terbanyak.
lancer-lancar saja. Disatu sisi Peran pemerintah dalam memberantas korupsi sedikit ada kemajuan, m"Tahun 2008-2009 ini, demokrasi kita terkukuhkan menjadi demokrasi formalitas atau demokrasi ditataran elit kekuasaan dimana rakyat tidak punya jalur yang cukup untuk menyampaikan keinginannya. Akses yang selama ini dipertontonkan melalui jalur istana ke senayan, istana ke gubernur sampai bupati/walikota, akses senayan ke DPRD I-DPRD II. Menjadi lebih jelas lagi ketika jalur korupsi masih eskipun itu diklaim sebagai keberhasilan, disisi lain orang tidak kapok melakukan korupsi.
Program yang jelas dimana harus dikedepankan oleh parpol amupun politisi, Jangan sampai peran rakyat yang mempunyai kedaulatan penuh menjadi tidak diperhatikan. Rakyat harus menjadi sumber utama dalam proses berbangsa dan bernegara.
Jangan lagi membohomgi rakyat lewat iklan politik dan slogan politik, apalagi mengkampanyekan diri dengan menjual barang dagangannya untuk kepentingan pribadi dengan sejumlah persoalan dan beban hidup rakyat yang semakin berat ini tentu menjadi semangat berjuang untuk melakukan perubahan dalam rangka membuka lapangan dan membuka kesempatan yang sama demi terwujudnya negara yang adil dan makmur.
Comments