foto kompas/ed
Oleh:IksanHb
“Mahasiswa” sering kita dengar panggilan yang membanggakan dan menyedihkan, sebutan yang cukup populer “mahasiswa adalah makhluk paling dianggap kehormatan, ejekan dan bahkan selalu dianggap sebagai oposisi pemerintah.” Kenapa mereka selalu dianggap lawan oleh pemerintah ketika mahasiswa berdemonstrasi untuk kepentingan rakyat? Benarkah tindakan pemerintah dan kelompok status quo yang memandang secara sinis dan apatis terhadap mahasiswa, adalah merupakan harga mati dan palsu yang hanya merefleksikan ideologi dominan? Argument pemerintah yang rendah, tidak kritis sehingga mudah meremehkan tuntutan mahasiswa dan menyembunyikan sudut pandang revolusioner yang tetap tersimpan didada diri mahasiswa menjadi tidak seimbang. Satu pihak kontrol rakyat sangat diperlukan dipihak lain pemerintah risih dengan bentuk-bentuk aksi yang dilakukan mahasiswa. Advokasi atau pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah merupakan suatu kewajiban.
Para partisan yang berasal dari reformis palsu, bagaimanapun juga, sebenarnya menyadari kesalahan membawa agenda reformasi ini adalah kesalahan yang sebenarnya justru mereka lakukan sendiri. Mereka menjungkir-balikkan kejijikan mereka yang sesungguhnya menjadi sebuah puji-pujian terhadap patron-patron tertentu dan pengikut musiman atas perintah “BOS” (yang punya power). Lantas intelelejensia orang-orang oportunis kanan yang impoten justru bergembira dengan adanya "kebangkitan gerakan mahasiswa", dan menekan birokrasi yang korup dan ompong akan mengambil alih dan mengatasnamakan proreformasi dan pro mahasiswa. Kecerdasan dan kepekaan mahasiswa tidak akan mudah dimanfaatkan kelompok oportunis kanan, karena mahasiswa sudah mempunyai pengalaman managemen isu dan managemen aksi yang kuat, meskipun masih ada beberapa kelompok yang mengaku gerakan mahasiswa, sering juga bersekutu dengan kelompok anti demokrasi dan kelompok status quo akan tetapi itu mudah terbaca eksistensinya.
Pemerintah saat ini mulai memperlihatkan alasan-alasan dengan fokus pada gerakan mahasiswa menolak kenaikan BBM dan tentang bagaimana mahasiswa berakar dari perlawanan mahasiswa atas kemiskinan dan dominasi kapitalisme yang sangat mapan. Pemerintah menciptakan manufer bahwa kenaikan BBM adalah sebuah pilihan untuk menghindari krisi jilid II, apa yang terjadi kemudian counter isu tersebut menjadi tidak seimbang dan menjengkelkan karena itu bagian dari pembodohan. Apakah kemudian dengan tragedi kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Hibib Reziq dan Komando laskar Islam (KLI) yan dipimpin Munarman terhadap Aliansi Kebangsaan untuk kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) saat memperingati Pancasila adalah satu point bargaining pemerintah terhadap pro rakyat yang mana dalam melakukan aksinya mahasiswa dan pro demokrasi berlawanan dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM dan anti kekerasan?
Kenapa Munarman dan Habib Rizeq jadi berita utama? Kemana suara rakyat dan mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM sudah tidak lagi menjadi berita utama? Masih adakah yang peduli menyuaran jeritan rakyat? Haruskah rakyat dan mahasiswa membayar media untuk menyampaikan pesan hatinuraninya?
Oleh:IksanHb
“Mahasiswa” sering kita dengar panggilan yang membanggakan dan menyedihkan, sebutan yang cukup populer “mahasiswa adalah makhluk paling dianggap kehormatan, ejekan dan bahkan selalu dianggap sebagai oposisi pemerintah.” Kenapa mereka selalu dianggap lawan oleh pemerintah ketika mahasiswa berdemonstrasi untuk kepentingan rakyat? Benarkah tindakan pemerintah dan kelompok status quo yang memandang secara sinis dan apatis terhadap mahasiswa, adalah merupakan harga mati dan palsu yang hanya merefleksikan ideologi dominan? Argument pemerintah yang rendah, tidak kritis sehingga mudah meremehkan tuntutan mahasiswa dan menyembunyikan sudut pandang revolusioner yang tetap tersimpan didada diri mahasiswa menjadi tidak seimbang. Satu pihak kontrol rakyat sangat diperlukan dipihak lain pemerintah risih dengan bentuk-bentuk aksi yang dilakukan mahasiswa. Advokasi atau pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah merupakan suatu kewajiban.
Para partisan yang berasal dari reformis palsu, bagaimanapun juga, sebenarnya menyadari kesalahan membawa agenda reformasi ini adalah kesalahan yang sebenarnya justru mereka lakukan sendiri. Mereka menjungkir-balikkan kejijikan mereka yang sesungguhnya menjadi sebuah puji-pujian terhadap patron-patron tertentu dan pengikut musiman atas perintah “BOS” (yang punya power). Lantas intelelejensia orang-orang oportunis kanan yang impoten justru bergembira dengan adanya "kebangkitan gerakan mahasiswa", dan menekan birokrasi yang korup dan ompong akan mengambil alih dan mengatasnamakan proreformasi dan pro mahasiswa. Kecerdasan dan kepekaan mahasiswa tidak akan mudah dimanfaatkan kelompok oportunis kanan, karena mahasiswa sudah mempunyai pengalaman managemen isu dan managemen aksi yang kuat, meskipun masih ada beberapa kelompok yang mengaku gerakan mahasiswa, sering juga bersekutu dengan kelompok anti demokrasi dan kelompok status quo akan tetapi itu mudah terbaca eksistensinya.
Pemerintah saat ini mulai memperlihatkan alasan-alasan dengan fokus pada gerakan mahasiswa menolak kenaikan BBM dan tentang bagaimana mahasiswa berakar dari perlawanan mahasiswa atas kemiskinan dan dominasi kapitalisme yang sangat mapan. Pemerintah menciptakan manufer bahwa kenaikan BBM adalah sebuah pilihan untuk menghindari krisi jilid II, apa yang terjadi kemudian counter isu tersebut menjadi tidak seimbang dan menjengkelkan karena itu bagian dari pembodohan. Apakah kemudian dengan tragedi kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Hibib Reziq dan Komando laskar Islam (KLI) yan dipimpin Munarman terhadap Aliansi Kebangsaan untuk kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) saat memperingati Pancasila adalah satu point bargaining pemerintah terhadap pro rakyat yang mana dalam melakukan aksinya mahasiswa dan pro demokrasi berlawanan dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM dan anti kekerasan?
Kenapa Munarman dan Habib Rizeq jadi berita utama? Kemana suara rakyat dan mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM sudah tidak lagi menjadi berita utama? Masih adakah yang peduli menyuaran jeritan rakyat? Haruskah rakyat dan mahasiswa membayar media untuk menyampaikan pesan hatinuraninya?
Comments