FOTO ANTARA/Basrul Haq/mes/08
Oleh:IksanHB
Kimiskinan dan tertinggalnya pendidikan mudah digunakan orang lain yang lebih mampu tapi tidak punya nurani kesholehan sosial, Yang mampu tapi tidak punya etika sosial yang baik akan lebih berfikir pragmatis dan nalar yang pendek. Situasi dimana masyarakat mengalami kesakitan atas dampak kenaiakan BBM tidak hanya berdampak pada persoalan ekonomi semata, tapi dampak sosial lebih luas dari kenaikan ini justru berdampak pada sendi-sendi kehidupan yang lebih komplek atau multiplier effect dan kemudian akan memicu persoalan yang lebih besar.
Demo penolakan adalah salah satu gejolak sosial yang timbul dari kenaikan BBM yang sangat merugikan masyarakat, munculnya bertambahnya orang miskin baik yang berada dipedesaan hingga yang berada diperkotaan seperti kantong-kantong kumuh di Jakarta maupun berbagai kota besar lainnya. Kemiskinan yang berlapis secara terstuktur dari desa hingga kota, dapat memicu kriminalisasi rakyat hingga tindakan yang paling tidak di inginkan, yaitu kerusuhan sosial. Berbagai contoh tindakan kekerasan baiksecara individu maupun kelompok seperti pencurian, perampokan dan bahkan banyak diantara mereka direkrut orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kekerasan baik yang berkedok agama, suku maupun lainnya untuk di gunakan kepentingan individu maupun kelompok.
Pergolakan sosial yang belakangan ini mulai muncul dan tumbuh subur karena kemiskinan, pemahaman nilai-nilai agama yang lemah dan penegak hukum kurang profesional. Seperti apa yang terjadi terhadap Aliansi Kebangsaan untuk kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) yang mana mereka di serang oleh Front Pembela Islam (FPI) cs di Lapangan Monas salah satu contoh karena multiplier effect, kalau tidak segara diselesaikan maka dampaknya akan kemasalah yang lebih berat seperti krisis ekonomi semakin berat dan akan mengancam stabilitas keamanan nasional dan juga akan mengancam disintegrasi bangsa. Dan persoalan ini bisa menjadi lebih rumit, dibandingkan sekedar masalah defisit APBN,cadangan devisa lemah dll.
Kesulitan pemerintah dalam memilih mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM karena pemerintah melihat aka nada dampak yang secara managerial pemerintah tidak sanggup, keraguan itu terlihat masih tidak adanya rencana strategis yang dimiliki pemerintah terhadap naikknya harga minnyak dunia,sehingga spikulan masuk kearena public dan masuk kewilayah structural untuk mendapatkan keuntungan dari lemahnya menejemen yang di pimpin oleh tim ekonomi. Salah satu pertimbangan Pertama, Defisit APBN yang dikhawatirkan berdampak pda ketidakstabilan ekonomi makro, kedua, Merusak struktur okonomi mikro yang secara kelembagaan masih lemah dan ketiga pergolakan sosial yang letupan-letupannya dapat memicu kerusuhan sosial di berbagai daerah di Indonesia.
Kenapa kita masih lemah mengambil pilihan strategis, misalnya negara-negara pengekspor minnya seperti Arab Saudi dll, mereka bisa memainkan harga dan politik dunia. Kenapa Mosko, venezwela justru meraup keuntungan dari krisis minnyak dunia? Karena mereka pengelolaan minnyak independen. Kenapa kita tidak bisa melakukan itupadahal kita mumpunyai sumber minnyak yang melimpah? Kenapa pemerintah tidak mengoktimalkan peluang yang lain? Seperti tidak berusaha dahulu menekan efisiensi anggaran, penundaan pembayaran utang, meningkatkan produksi minyak, hingga menganbil kembali uang negara yang di curi buronan BLBI dan koruptor besar lainnya. Pemerintah seharusnya juga berusaha mencari solusi sumber energi lainnya dan membangun pengelolaan minnyak secara independen.
Kita tahu bahwa saat ini jutaan Ibu-ibu masih sulit untuk membeli dan kadang-kadang harus mengantri minyak tanah akibat kelangkaan dan program konversi, yang dipedesaan harus mencari bahan bakar dari kayu dan alternatif lainnya meskipun itu tidak mudah didapat, banyaksekali jasa transportasi seperti tukang ojek, anggkutan umum tidak beroperasi dan bahkan mereka yang beroperasi sering harus bertengkar dengan penumpang karena beratnya untuk mendapatkan keuntungan apalagi mereka harus dibebani dengan membayar cicilan untuk melunasi kridit dan kurang adanya pengawasan terhadap tarip anggkutan dan banyak lagi kejadian yang sangat memberakan masyarakat akibat naiknya harga BBM.
Pemerintah yang lemah biasanya kalau setiap menghadapi masalah keuangan, yang sering menjadi korban adalah rakyat. Lalu dengan mudah membebankan masalah itu kepada rakyat dan rakyat harus berhadapan dengan dampak kebijakan itu. Sampai kapan rakyat selalu dijadikan sapi perah dimana mereka harus menerima resiko yang sangat berat dan banyak sekali ahkirnya menjadi korban atas ketidakadilan Pemerintah dalam mengelola anggaran keuangan Negara, lemahnya managerial dalam mengelola sumber daya alam dan sumberdaya manusia .
Pilihan pahit apapun atas beban APBN, hendaknya rakyat jangan selalu di korbankan apalagi harus menjadi tumbal. Seharusnya pemerintah bekerja keras menaikkan pendapat rakyat sehingga kalau harus dikurangi subsidi atas naiknya harga minnyak dunia rakyat masih bisa membeli dan tidak mengurangi pendapatan lainnya. Karena kalau rakyat sudah mampu membeli kebutuhan hidup dan mempunyai rumah, kesehatan dan pendidikan pemerintah bisa mudah mengelolanya dengan baik dalam memecahkan masalahnya.
Kemana kita mengadu jika wakil rakyat dan Pemerintah tidak mendengar jeritan rakyat? Haruskah rakyat memilih revolusi sosial?
Oleh:IksanHB
Kimiskinan dan tertinggalnya pendidikan mudah digunakan orang lain yang lebih mampu tapi tidak punya nurani kesholehan sosial, Yang mampu tapi tidak punya etika sosial yang baik akan lebih berfikir pragmatis dan nalar yang pendek. Situasi dimana masyarakat mengalami kesakitan atas dampak kenaiakan BBM tidak hanya berdampak pada persoalan ekonomi semata, tapi dampak sosial lebih luas dari kenaikan ini justru berdampak pada sendi-sendi kehidupan yang lebih komplek atau multiplier effect dan kemudian akan memicu persoalan yang lebih besar.
Demo penolakan adalah salah satu gejolak sosial yang timbul dari kenaikan BBM yang sangat merugikan masyarakat, munculnya bertambahnya orang miskin baik yang berada dipedesaan hingga yang berada diperkotaan seperti kantong-kantong kumuh di Jakarta maupun berbagai kota besar lainnya. Kemiskinan yang berlapis secara terstuktur dari desa hingga kota, dapat memicu kriminalisasi rakyat hingga tindakan yang paling tidak di inginkan, yaitu kerusuhan sosial. Berbagai contoh tindakan kekerasan baiksecara individu maupun kelompok seperti pencurian, perampokan dan bahkan banyak diantara mereka direkrut orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kekerasan baik yang berkedok agama, suku maupun lainnya untuk di gunakan kepentingan individu maupun kelompok.
Pergolakan sosial yang belakangan ini mulai muncul dan tumbuh subur karena kemiskinan, pemahaman nilai-nilai agama yang lemah dan penegak hukum kurang profesional. Seperti apa yang terjadi terhadap Aliansi Kebangsaan untuk kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) yang mana mereka di serang oleh Front Pembela Islam (FPI) cs di Lapangan Monas salah satu contoh karena multiplier effect, kalau tidak segara diselesaikan maka dampaknya akan kemasalah yang lebih berat seperti krisis ekonomi semakin berat dan akan mengancam stabilitas keamanan nasional dan juga akan mengancam disintegrasi bangsa. Dan persoalan ini bisa menjadi lebih rumit, dibandingkan sekedar masalah defisit APBN,cadangan devisa lemah dll.
Kesulitan pemerintah dalam memilih mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM karena pemerintah melihat aka nada dampak yang secara managerial pemerintah tidak sanggup, keraguan itu terlihat masih tidak adanya rencana strategis yang dimiliki pemerintah terhadap naikknya harga minnyak dunia,sehingga spikulan masuk kearena public dan masuk kewilayah structural untuk mendapatkan keuntungan dari lemahnya menejemen yang di pimpin oleh tim ekonomi. Salah satu pertimbangan Pertama, Defisit APBN yang dikhawatirkan berdampak pda ketidakstabilan ekonomi makro, kedua, Merusak struktur okonomi mikro yang secara kelembagaan masih lemah dan ketiga pergolakan sosial yang letupan-letupannya dapat memicu kerusuhan sosial di berbagai daerah di Indonesia.
Kenapa kita masih lemah mengambil pilihan strategis, misalnya negara-negara pengekspor minnya seperti Arab Saudi dll, mereka bisa memainkan harga dan politik dunia. Kenapa Mosko, venezwela justru meraup keuntungan dari krisis minnyak dunia? Karena mereka pengelolaan minnyak independen. Kenapa kita tidak bisa melakukan itupadahal kita mumpunyai sumber minnyak yang melimpah? Kenapa pemerintah tidak mengoktimalkan peluang yang lain? Seperti tidak berusaha dahulu menekan efisiensi anggaran, penundaan pembayaran utang, meningkatkan produksi minyak, hingga menganbil kembali uang negara yang di curi buronan BLBI dan koruptor besar lainnya. Pemerintah seharusnya juga berusaha mencari solusi sumber energi lainnya dan membangun pengelolaan minnyak secara independen.
Kita tahu bahwa saat ini jutaan Ibu-ibu masih sulit untuk membeli dan kadang-kadang harus mengantri minyak tanah akibat kelangkaan dan program konversi, yang dipedesaan harus mencari bahan bakar dari kayu dan alternatif lainnya meskipun itu tidak mudah didapat, banyaksekali jasa transportasi seperti tukang ojek, anggkutan umum tidak beroperasi dan bahkan mereka yang beroperasi sering harus bertengkar dengan penumpang karena beratnya untuk mendapatkan keuntungan apalagi mereka harus dibebani dengan membayar cicilan untuk melunasi kridit dan kurang adanya pengawasan terhadap tarip anggkutan dan banyak lagi kejadian yang sangat memberakan masyarakat akibat naiknya harga BBM.
Pemerintah yang lemah biasanya kalau setiap menghadapi masalah keuangan, yang sering menjadi korban adalah rakyat. Lalu dengan mudah membebankan masalah itu kepada rakyat dan rakyat harus berhadapan dengan dampak kebijakan itu. Sampai kapan rakyat selalu dijadikan sapi perah dimana mereka harus menerima resiko yang sangat berat dan banyak sekali ahkirnya menjadi korban atas ketidakadilan Pemerintah dalam mengelola anggaran keuangan Negara, lemahnya managerial dalam mengelola sumber daya alam dan sumberdaya manusia .
Pilihan pahit apapun atas beban APBN, hendaknya rakyat jangan selalu di korbankan apalagi harus menjadi tumbal. Seharusnya pemerintah bekerja keras menaikkan pendapat rakyat sehingga kalau harus dikurangi subsidi atas naiknya harga minnyak dunia rakyat masih bisa membeli dan tidak mengurangi pendapatan lainnya. Karena kalau rakyat sudah mampu membeli kebutuhan hidup dan mempunyai rumah, kesehatan dan pendidikan pemerintah bisa mudah mengelolanya dengan baik dalam memecahkan masalahnya.
Kemana kita mengadu jika wakil rakyat dan Pemerintah tidak mendengar jeritan rakyat? Haruskah rakyat memilih revolusi sosial?
Comments