Oleh: IksanHb
Dalam konteks ini 'people power' (kekuatan rakyat) mengandung makna kekuatan yang dibangun secara kolektif atas tujuan bersama melawan penguasa otoriter (yang tidak mendengar keinginan rakyat dan kadang-kadang penguasa (rezim) menggunakan kekuatan militer).
Di sini terlihat 'people power' (kekuatan rakyat) sebagai hal yang diharapkan terbangun untuk menandingi kekuatan penguasa otoriter dimana kebijakannya berlawanan dengan kehendak rayat, tentunya dengan tujuan untuk mencapai suatu perubahan yang lebih baik yang sesuai dengan cita-citanya untuk mencapai masyarakat yang makmur, adil dan aman sentosa.
People power juaga bisa disebut hal yang sangat positif dan sangat diperlukan bagi kemajuan suatu bangsa tanpa menggunakan kekerasan dan tidak berdarah. Dalam konteks ini, yang dimaksud people power adalah kekuatan rakyat yang dihasilkan dari kesadaran bersama, melalui proses pengorganiseran dan mobilisasi atau penggerakan massa dengan kepemimpinan kolektif, secara nasional yang berorientasi kerakyatan - untuk bekerja keras membangun kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan merata dimana semua warga negara mempunya kesempatan yang di segala bidang.
Itu bisa dikonseptualisasikan sebagai pergerakan terdiri dari masyarakat akar rumput (the gress roots) dengan maksud dan filsafat kedaulatan rakyat dan janji yang disengaja untuk menghasilkan keadilan sosial dan perolehan ekonomi, yang berdasarkan kekuatan dengan bertindak secara sukarela oleh masyarakat kelas menengah dan akar rumput (the gressroots) untuk memecahkan problem sosial dan ekonomi mereka.
Bisakah masyarakat akar rumput (the gressroots) menggunakan kekuatannya sebagai mesin kekuatan rakyat (people power)?
Kekuatan budaya yang kurang dipertimbagkan dan dibangun oleh kekuasaan karena kekuarangtahuannya, maka kita secara kolektif diperlukan untuk belajar bersama, berbaur untuk menambah pengetahuan, membangun kekuatan budaya kritis dan nalar pikiran yang cerdas rakyat. Sehingga keseimbangan akan terjadi dan kemudian akan menambah posisi tawar masyarakat akar rumput (the gressroots),dan juga mampu mengambil alih kekuasaan secara damai (tanpa kekerasan). Lebih dari itu, satu contoh pergantian kekuasaan tahun 1998, dimana proses kekuasaan orde baru yang membangun kekuasaan sentralistik selama 32 tahun di dalam sistem pemerintah pusat dan daerah, telah menyebabkan ketidak merataan pembangunan, kemiskinan, ketidak adilan disegala bidang dan tidak demokratis.
Tetapi,kemunafikan penguasa orde baru terus berjalan dan tidak berhenti dan pada akhirnya terguling saat momentum datang pada tahun 1998 atau kita kenal gerakan reformasi. Momentum gerakan reformasi 1998 peristiwa atas krisis ekonomi 1997 dan kepemimpinan merupakan sebuah tahapan perubahan yang pernah kita alami, sejak jaman penjajahan belanda sampai kemerdekaan. Itu adalah merupakan proses panjang atas pasang surutnya kekuatan masyarakat akar rumput (the gressroots) dan pengalaman didalam setiap pergantian kekuasaan, selalu adanya penyatuan kepentingan yang mana masyarakat akar rumput (the gressroots) bersatu dengan kelas menengah atau elite berpendidikan sivitas akademika (mahasiswa) dan diikuti dengan tokoh-tokoh yang pro perubahan.
Yang pertama dan terkemuka bagi masyarakat akar rumput (the gressroots) yang berpendidikan yang mana secarakonsisten melakukan pendampingan dan mengadvokasi mereka,bersatu meskipun ada pandangan dan pengalaman berbeda untuk membuat pengertian dan berbagi agenda bersama baik secara politik,ekonomi maupun budaya.Secara progressive kampanye bersama dengan simpul-simpul kekuatan rakyat untuk menjelaskan agenda perubahan secara detail, pendidikan kewarganegaraan dan meningkatkan proses demokratisasi.
Kedua memperdalam melakukan penelitian sosial untuk melihat secara sistematik di dalam persoalan yang paling diderita masyarakat akar rumput (the gressroots), seperti objek detail problem sosial, secara kultural, secara ekonomis dan politis.
Ketiga, penyadaran bersama dan berbagi nilai adalah salah satu bentuk pendapingan yang sangat penting dalam kehidupan pluralism (berbineka). Penguatan analisa sosial pada masyarakat akar rumput (the gressroots) akan mempermudah masyarakat secara mandiri mampu membaca struktur sosial, politik,ekonomi dan kekuasaan.
Keempat, untuk mobilisasi grassroot melalui perencanaan-mikro yang memerlukan pendekatan-diintegrasikan sampai perencanaan: dari atas sampai terbawah mengambil bagian memberi penerangan pada masyarakat akar rumput (the gress roots) dan dari pendekatan bawah sampai atas yang memerlukan tekanan baik melalui kampanye tertutup maupun terbuka,aksi simpatik dan kalau diperlukan konfrontasi secra damai.
Kelima adalah program tentative sosial bukan seperti BLT yang dilakukan pemerintah dalam meredam atas kebijakannya kenaikan BBM,tetapi melalui kekuatan pengimbang (countervailing power) kemitraan dengan masyarakat akar rumput (the gressroots) untuk bertugas yang salah satunya pendapingan, sebagai kendaraan rakyat lewat sumber penghasilan yang diperlukan, yang mana dapat mobilisasi secara mandiri efektif dan efisien.
Dengan begitu masyarakat akar rumput (the gressroots) mengaku bahwa sistem yang dibangun melalui pengembangan pedesaan mereka adalah program miliknya, mengintegrasikan sumber penghasilan dan menyatukan kepentingan msyarakat lokal dengan masyarakat luar dan kemudian menghasilkan dampak yang diinginkan lebih baik.
Kekuatan masyarakat akar rumput (the gressroots) yang kemudian menjadi mesin kekuatan rakyat (people power) seperti yang terjadi di Pilipina dan diberbagai negara lainnya. Disaat uluran tangan dan pikiran terpusat pada ketidak adilan dan kemiskinan, surga bagi rakyat. Bisakah organisasi people power di akar rumput (the gressroots) dengan rela melepaskan statusnya untuk bersatu-membangun dan menunjukkan kekuatannya? Jawaban ini tidaklah sederhana seperti makan pisang, seperti buah durian baunya yang menyengat dan harum tetapi harus hati-hati karena harus berhadapan denga kulitnya yang berduri.
Kami berharap SBY-JK segera mendengar jeritan rakyat dan mendapat petunjuk baru dalam menjalankan kewajibannya.
Dalam konteks ini 'people power' (kekuatan rakyat) mengandung makna kekuatan yang dibangun secara kolektif atas tujuan bersama melawan penguasa otoriter (yang tidak mendengar keinginan rakyat dan kadang-kadang penguasa (rezim) menggunakan kekuatan militer).
Di sini terlihat 'people power' (kekuatan rakyat) sebagai hal yang diharapkan terbangun untuk menandingi kekuatan penguasa otoriter dimana kebijakannya berlawanan dengan kehendak rayat, tentunya dengan tujuan untuk mencapai suatu perubahan yang lebih baik yang sesuai dengan cita-citanya untuk mencapai masyarakat yang makmur, adil dan aman sentosa.
People power juaga bisa disebut hal yang sangat positif dan sangat diperlukan bagi kemajuan suatu bangsa tanpa menggunakan kekerasan dan tidak berdarah. Dalam konteks ini, yang dimaksud people power adalah kekuatan rakyat yang dihasilkan dari kesadaran bersama, melalui proses pengorganiseran dan mobilisasi atau penggerakan massa dengan kepemimpinan kolektif, secara nasional yang berorientasi kerakyatan - untuk bekerja keras membangun kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan merata dimana semua warga negara mempunya kesempatan yang di segala bidang.
Itu bisa dikonseptualisasikan sebagai pergerakan terdiri dari masyarakat akar rumput (the gress roots) dengan maksud dan filsafat kedaulatan rakyat dan janji yang disengaja untuk menghasilkan keadilan sosial dan perolehan ekonomi, yang berdasarkan kekuatan dengan bertindak secara sukarela oleh masyarakat kelas menengah dan akar rumput (the gressroots) untuk memecahkan problem sosial dan ekonomi mereka.
Bisakah masyarakat akar rumput (the gressroots) menggunakan kekuatannya sebagai mesin kekuatan rakyat (people power)?
Kekuatan budaya yang kurang dipertimbagkan dan dibangun oleh kekuasaan karena kekuarangtahuannya, maka kita secara kolektif diperlukan untuk belajar bersama, berbaur untuk menambah pengetahuan, membangun kekuatan budaya kritis dan nalar pikiran yang cerdas rakyat. Sehingga keseimbangan akan terjadi dan kemudian akan menambah posisi tawar masyarakat akar rumput (the gressroots),dan juga mampu mengambil alih kekuasaan secara damai (tanpa kekerasan). Lebih dari itu, satu contoh pergantian kekuasaan tahun 1998, dimana proses kekuasaan orde baru yang membangun kekuasaan sentralistik selama 32 tahun di dalam sistem pemerintah pusat dan daerah, telah menyebabkan ketidak merataan pembangunan, kemiskinan, ketidak adilan disegala bidang dan tidak demokratis.
Tetapi,kemunafikan penguasa orde baru terus berjalan dan tidak berhenti dan pada akhirnya terguling saat momentum datang pada tahun 1998 atau kita kenal gerakan reformasi. Momentum gerakan reformasi 1998 peristiwa atas krisis ekonomi 1997 dan kepemimpinan merupakan sebuah tahapan perubahan yang pernah kita alami, sejak jaman penjajahan belanda sampai kemerdekaan. Itu adalah merupakan proses panjang atas pasang surutnya kekuatan masyarakat akar rumput (the gressroots) dan pengalaman didalam setiap pergantian kekuasaan, selalu adanya penyatuan kepentingan yang mana masyarakat akar rumput (the gressroots) bersatu dengan kelas menengah atau elite berpendidikan sivitas akademika (mahasiswa) dan diikuti dengan tokoh-tokoh yang pro perubahan.
Yang pertama dan terkemuka bagi masyarakat akar rumput (the gressroots) yang berpendidikan yang mana secarakonsisten melakukan pendampingan dan mengadvokasi mereka,bersatu meskipun ada pandangan dan pengalaman berbeda untuk membuat pengertian dan berbagi agenda bersama baik secara politik,ekonomi maupun budaya.Secara progressive kampanye bersama dengan simpul-simpul kekuatan rakyat untuk menjelaskan agenda perubahan secara detail, pendidikan kewarganegaraan dan meningkatkan proses demokratisasi.
Kedua memperdalam melakukan penelitian sosial untuk melihat secara sistematik di dalam persoalan yang paling diderita masyarakat akar rumput (the gressroots), seperti objek detail problem sosial, secara kultural, secara ekonomis dan politis.
Ketiga, penyadaran bersama dan berbagi nilai adalah salah satu bentuk pendapingan yang sangat penting dalam kehidupan pluralism (berbineka). Penguatan analisa sosial pada masyarakat akar rumput (the gressroots) akan mempermudah masyarakat secara mandiri mampu membaca struktur sosial, politik,ekonomi dan kekuasaan.
Keempat, untuk mobilisasi grassroot melalui perencanaan-mikro yang memerlukan pendekatan-diintegrasikan sampai perencanaan: dari atas sampai terbawah mengambil bagian memberi penerangan pada masyarakat akar rumput (the gress roots) dan dari pendekatan bawah sampai atas yang memerlukan tekanan baik melalui kampanye tertutup maupun terbuka,aksi simpatik dan kalau diperlukan konfrontasi secra damai.
Kelima adalah program tentative sosial bukan seperti BLT yang dilakukan pemerintah dalam meredam atas kebijakannya kenaikan BBM,tetapi melalui kekuatan pengimbang (countervailing power) kemitraan dengan masyarakat akar rumput (the gressroots) untuk bertugas yang salah satunya pendapingan, sebagai kendaraan rakyat lewat sumber penghasilan yang diperlukan, yang mana dapat mobilisasi secara mandiri efektif dan efisien.
Dengan begitu masyarakat akar rumput (the gressroots) mengaku bahwa sistem yang dibangun melalui pengembangan pedesaan mereka adalah program miliknya, mengintegrasikan sumber penghasilan dan menyatukan kepentingan msyarakat lokal dengan masyarakat luar dan kemudian menghasilkan dampak yang diinginkan lebih baik.
Kekuatan masyarakat akar rumput (the gressroots) yang kemudian menjadi mesin kekuatan rakyat (people power) seperti yang terjadi di Pilipina dan diberbagai negara lainnya. Disaat uluran tangan dan pikiran terpusat pada ketidak adilan dan kemiskinan, surga bagi rakyat. Bisakah organisasi people power di akar rumput (the gressroots) dengan rela melepaskan statusnya untuk bersatu-membangun dan menunjukkan kekuatannya? Jawaban ini tidaklah sederhana seperti makan pisang, seperti buah durian baunya yang menyengat dan harum tetapi harus hati-hati karena harus berhadapan denga kulitnya yang berduri.
Kami berharap SBY-JK segera mendengar jeritan rakyat dan mendapat petunjuk baru dalam menjalankan kewajibannya.
Comments
HIDUP RAKYAAATT.....!!!