Skip to main content

Sultan: Negeri Ini bak Rumah Bolong-bolong Dindingnya

YOGYAKARTA, SABTU - Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, mencermati dinamika kehidupan bangsa Indonesia dalam dasawarsa terakhir, tampak bangsa ini dihadapkan pada realitas tantangan yang berat dan masalah yang kompleks."Kompleksitas tantangan itu mencakup menguatnya budaya konsumerisme dan kekerasan, menipisnya kesadaran pluralisme dan semangat kebangsaan, tingginya kemiskinan dan pengangguran, serta ketertinggalan dalam membaca dinamika geopolitik yang terjadi di pasifik," kata Sultan pada peluncuran bukunya, ’Merajut Kembali Keindonesiaan Kita’ di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta ini mengatakan, berhubung tantangannya besar dan luar biasa, tidak ada pilihan lain bagi bangsa ini kecuali mengkapitalisasi seluruh sumberdaya yang ada, termasuk di dalamnya modal sosial guna menghadapi tantangan yang ada.

Namun, menurut dia, ironisnya kondisi republik ini sampai sekarang masih dililit kemiskinan, pengangguran, masalah pendidikan, kesehatan, keamanan dan kedaulatan wilayah. "Ibarat sebuah rumah, dinding-dindingnya berlubang besar di sana-sini, siapa pun bisa keluar-masuk tak terhalangi," katanya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Sultan tidak ada pilihan lain kecuali merajut kembali kebudayaan, kebangsaan, ekonomi, politik, hukum dan pertahanan keamanan yang dimiliki bangsa Indonesia. "Perlu merajut kembali keindonesiaan kita," katanya.
Menurut dia, tanpa langkah itu tidak mungkin masalah bangsa ini dapat diselesaikan. Dengan istilah lain, keinginan untuk menghadapi tantangan tersebut lebih bersifat utopis daripada realistis. "Saya berharap buku ini dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda calon pemimpin bangsa di masa depan," katanya.

Pada peluncuran buku setebal 310 halaman yang diterbitkan PT Gramedia itu, hadir sejumlah undangan dari kalangan akademisi, seniman dan budayawan serta pejabat pemerintah. (ANT)kompastv/benny n joewono
Sumber : Kompas (Sultan Hamengku Buwono X . Sabtu, 15 Maret 2008 13:14 WIB)

Comments

Popular posts from this blog

Pemikiran Filsafat John Dewey (Bagian 3: habis)

John Dewey dan Pendidikan Pembahasan di sini difokuskan pada John Dewey sebagai seorang pendidik, meskipun konsepsi pendidikan yang dirumuskannya sangat kental dengan pemikiran filosofisnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran-pemikiran Dewey banyak berpengaruh pada praktek pendidikan masakini. Seiring itu pula, pemikiran-pemikiran Dewey, banyak memperoleh tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang pro, pemikiran Dewey merupakan penyelamat pendidikan Amerika. Sebaliknya, mereka yang tidak sepakat, gagasan Dewey disebutnya sebagai lebih rusak dari gagasan Hitler.John Dewey adalah seorang filsuf dan pendidik, yang lahir tahun 1859 dan meninggal tahun 1952. Sebagai seorang filsuf, aliran filosofinya diklasifikasikan dalam kategori. Pragmatisme, meskipun Dewey sendiri lebih sering menggunakan istilah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Menurut Garforth (1996) filosofi pragmatisme sering diarahkan sebagai filosofi konsekuensi yang menggunakan hasil atau konseku...

Konglomerasi Politik, Keseimbangan Kekuasaan dan Kedaulatan Rakyat

Oleh IksanHb Seperti yang sering saya jelaskan dalam artikel sebelumnya tentang keseimbangan kekuasaan, keseimbangan ini sangat penting dalam sebuah negara besar seperti Indonesia. Kali ini saya ingin menekankan bahwa keseimbangan politik praktis dan memiliki keseimbangan kemampuan dalam kekuasaan tidaklah cukup. Seperti yang terjadi diberbagai negara yang mempunyai cukup amunisi dan strategi dalam praktek ketata negaraan , seperti korea selatan dan beberapa negara eropa pada umumnya adalah keseimbangan kekuasaan dengan keterampilan yang tinggi sangat diperlukan untuk menjadi benteng atau bagian utama dalam keseimbangan people power dan pemerintahan yang kuat. Tanpa daya dari dalam , keterampilan, konstitusi yang kuat dan nasionalisme sebagai ruh sungguh sulit untuk dapat membuat perbedaan dalam sebuah masa dimana transisi demokrasi, politik dan kekuasaan dalam kekuatan bangsa besar yang berbineka tunggal ika. Semua unsur yang secara pralel masuk pada peringkat atau ind...

Penderitaan Rakyat Momentum Penyatuan Pergerakan Mahasiswa

Oleh : IksanHb Pergerakan solidaritas mahasiswa atas kedaulatan rakyat dalam memperjuangkan demokratisasi di Indonesia, ada dalam roh kekuatan suara rakyat. Satu filosis idiologi pergerakan rakyat adalah gerakan terorganiser lebih baik dari pada kekuatan individu yang berkuasa. Potensi yang bersumber dari riel kekuatan rakyat dan penyatuan pergerakan mahasiswa adalah sebuah kekuatan besar dalam menentukan sebuah pilihan. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. (Wekipedia, Gerakan Mahasiswa Indonesia.) Gerakan mahasiswa diberbagai momentum dalam menciptakan sebuah perubahan dan pergantian pemimpin seperti yang terjadi di berbagai n...