Oleh : Iksanhb
Kiranya tidak asing bagi kita mendengar atau membaca berita tentang persekonkolan atau konspirasi atau faksi. Tidak asing pula jika mendengar atau menyaksikan adanya persekongkolan atau konspirasi dan faksi di lingkungan gedung DPR-MPR dan istana Presiden yang sangat mungkin akan berdampak pada proses politik menuju pemilu 2009. Beberapa tulisan mengenai teori konspirasi seperti Teori persekongkolan atau teori konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory) adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab utama dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik, (Wekipedia).
Kadang-kadang kita mengabaikan fakta seperti pergantian kepemimpinan dan penggunaan jabatan yang tidak benar kemudian merugikan rakyat. Ada beberapa kasus konspirasi salah satu contoh adalah yang dialami oleh mantan presiden K.H.Abdurrahman Wahid, dimana kehawatiran oleh beberapa tokoh pro-demokrasi saat ini tidaklah berlebihan karena kasus yang dialami Gus Dur adalah persoalan yang sangat fundamental bagi kehidupan demokrasi dan konstitusi Indonesia. Himbauan dan tekanan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lembaga pelaksana pemilihan umum seperti KPU, supaya bersikap netral dan transparan tidaklah cukup tanpa ada keinginan dari dalam KPU itu sendiri dan pemerintah, dan yang paling penting juga adalah keinginan DPR untuk mengubah Undang-Undang Pilpres 2004 secara menyeluruh, aspiratif dan menjunjung Hak Asasi Manusia harus diwujudkan dalam paket Undang-Undang pilpres tahun 2009. Konspirasi atas gagalnya Gus Dur maju sebagai kandidat presiden 2004 adalah banyak menyisahkan pertanyaan karena rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjadi faktor gagalnya Gus Dur maju sebagai calon presiden. Konspirasi atas gagalnya Gus Dur tidak terlepas dari karakteristik Gus Dur selama dia aktif di FORDEM maupun saat menjadi presiden, dimana kebijakan yang sering di anggap kontrofersial dan revolusioner. Dan juga kahawatiran kelompok lain yang berlebihan terhadap eksistensi Gus Dur.
Kalau kita melihat kembali selama proses pergantian pemimpin, kita pernah mengalami konspirasi politik baik saat pergantian dari Soekarno ke Soeharto, Soeharto ke Habibie, jatuhnya Gus Dur sebagai presiden dan gagalnya Gus Dur sebagai calon presiden. Rakyat Indonesia bisa diperhitungkan untuk melanjutkan perdebatan tentang kasus konspirasi yang dialami Gus Dur maupun kasus supersemar Soeharto-Soekarno, dengan iktikad yang sungguh-sungguh dan bertanggung jawab melalui kajian lebih dalam atas konspirasi yang dialami kedua tokoh Gus Dur dan Soekarno. Karena kalau tidak dibongkar maka konspirasi berikutnya sangat mungkin terjadi, bahkan bisa lebih membahayakan bagi demokratisasi dan tegaknya konstitusi kita. Pembongkaran konspirasi sangatlah penting untuk mengetahui siapa kelompok yang bermain, terlibat, merencanakan, bersekongkol dan memerintahkan serangan politik.
Kembali pada titik persoalan pembunuhan politik atau konspirasi politik masalalu, paling tidak kita mempunyai satu contoh pada pemilihan presiden 2004 dimana salah satu calon presiden gugur karena cacat fisik. Pelajaran apa yang bisa kita pelajari dari kejadian sejarah ini? Kesimpulan apa yang bisa kita petik tentang konspirasi politik di Indonesia?
Pertama, kita perlu sadar akan peristiwa- peristiwa tersebut dalam sejarah Indonesia yang sering menghantui dan mengancam politikan Indonesia, dimana bentuk ancaman konspirasi tersebut telah terjadi sepanjang sejarah kita sebagai bangsa yang kuat. Kita berharap sekarang dan yang akan datang akan terhindar dari pertarungan faksi yang dilakukan segelintir elit politik untuk kepentingan pribadi dan golongan. Marilah kita sadar bahwa persekongkolan adalah keadaan menyedihkan, tidak terjadi lagi di negara kita Indonesia.
Kedua, kita perlu untuk mengerti dan percaya bahwa konspirasi politik tidak hanya bisa beroperasi, tetapi jika terjadi pada proses pemilu 2009 sangat mungkin berusaha melakukan kekuatan politik lagi, peristiwa konspirasi yang mematikan bisa jadi berjalan untuk mempengaruhi perubahan mekipun berisiko tinggi.
Ketiga, kita memerlukan kesadaran bahwa konspirasi modern yang mungkin jauh lebih terorganisasi dari pada konspirasi lama dan lebih canggih seperti ada sebelumnya. Untuk itu kita juga perlu belajar jaringan kerja konspirator. Konspirasi kerja politik di Indonesia telah masuk kedalam konsolidasi sentralistik dan membahayakan terhadap proses politik arus bawah. Kekuatan untuk tujuan jangka pendek sering digunakan oleh kelompok tertentu karena terancam kekuasaannya.
Keempat, sebagaimana pemilih dalam pemilihan umum, kita sebaiknya tetap pada usaha kita dalam rangka mensukseskan pemilu tahun 2009 berjalan secara jujur dan demokratis, dengan melakukan kontrol yang kuat. Pemilu tahun 2009 memungkinkan di kontrol oleh kekuatan konspirator lama karena tahapan pemilu dari pemilihan anggota parlemen ke pemilihan presiden ada senggang waktu yang cukup untuk berkalaborasi dan sangat rawan.
Kiranya tidak asing bagi kita mendengar atau membaca berita tentang persekonkolan atau konspirasi atau faksi. Tidak asing pula jika mendengar atau menyaksikan adanya persekongkolan atau konspirasi dan faksi di lingkungan gedung DPR-MPR dan istana Presiden yang sangat mungkin akan berdampak pada proses politik menuju pemilu 2009. Beberapa tulisan mengenai teori konspirasi seperti Teori persekongkolan atau teori konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory) adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab utama dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik, (Wekipedia).
Kadang-kadang kita mengabaikan fakta seperti pergantian kepemimpinan dan penggunaan jabatan yang tidak benar kemudian merugikan rakyat. Ada beberapa kasus konspirasi salah satu contoh adalah yang dialami oleh mantan presiden K.H.Abdurrahman Wahid, dimana kehawatiran oleh beberapa tokoh pro-demokrasi saat ini tidaklah berlebihan karena kasus yang dialami Gus Dur adalah persoalan yang sangat fundamental bagi kehidupan demokrasi dan konstitusi Indonesia. Himbauan dan tekanan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lembaga pelaksana pemilihan umum seperti KPU, supaya bersikap netral dan transparan tidaklah cukup tanpa ada keinginan dari dalam KPU itu sendiri dan pemerintah, dan yang paling penting juga adalah keinginan DPR untuk mengubah Undang-Undang Pilpres 2004 secara menyeluruh, aspiratif dan menjunjung Hak Asasi Manusia harus diwujudkan dalam paket Undang-Undang pilpres tahun 2009. Konspirasi atas gagalnya Gus Dur maju sebagai kandidat presiden 2004 adalah banyak menyisahkan pertanyaan karena rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjadi faktor gagalnya Gus Dur maju sebagai calon presiden. Konspirasi atas gagalnya Gus Dur tidak terlepas dari karakteristik Gus Dur selama dia aktif di FORDEM maupun saat menjadi presiden, dimana kebijakan yang sering di anggap kontrofersial dan revolusioner. Dan juga kahawatiran kelompok lain yang berlebihan terhadap eksistensi Gus Dur.
Kalau kita melihat kembali selama proses pergantian pemimpin, kita pernah mengalami konspirasi politik baik saat pergantian dari Soekarno ke Soeharto, Soeharto ke Habibie, jatuhnya Gus Dur sebagai presiden dan gagalnya Gus Dur sebagai calon presiden. Rakyat Indonesia bisa diperhitungkan untuk melanjutkan perdebatan tentang kasus konspirasi yang dialami Gus Dur maupun kasus supersemar Soeharto-Soekarno, dengan iktikad yang sungguh-sungguh dan bertanggung jawab melalui kajian lebih dalam atas konspirasi yang dialami kedua tokoh Gus Dur dan Soekarno. Karena kalau tidak dibongkar maka konspirasi berikutnya sangat mungkin terjadi, bahkan bisa lebih membahayakan bagi demokratisasi dan tegaknya konstitusi kita. Pembongkaran konspirasi sangatlah penting untuk mengetahui siapa kelompok yang bermain, terlibat, merencanakan, bersekongkol dan memerintahkan serangan politik.
Kembali pada titik persoalan pembunuhan politik atau konspirasi politik masalalu, paling tidak kita mempunyai satu contoh pada pemilihan presiden 2004 dimana salah satu calon presiden gugur karena cacat fisik. Pelajaran apa yang bisa kita pelajari dari kejadian sejarah ini? Kesimpulan apa yang bisa kita petik tentang konspirasi politik di Indonesia?
Pertama, kita perlu sadar akan peristiwa- peristiwa tersebut dalam sejarah Indonesia yang sering menghantui dan mengancam politikan Indonesia, dimana bentuk ancaman konspirasi tersebut telah terjadi sepanjang sejarah kita sebagai bangsa yang kuat. Kita berharap sekarang dan yang akan datang akan terhindar dari pertarungan faksi yang dilakukan segelintir elit politik untuk kepentingan pribadi dan golongan. Marilah kita sadar bahwa persekongkolan adalah keadaan menyedihkan, tidak terjadi lagi di negara kita Indonesia.
Kedua, kita perlu untuk mengerti dan percaya bahwa konspirasi politik tidak hanya bisa beroperasi, tetapi jika terjadi pada proses pemilu 2009 sangat mungkin berusaha melakukan kekuatan politik lagi, peristiwa konspirasi yang mematikan bisa jadi berjalan untuk mempengaruhi perubahan mekipun berisiko tinggi.
Ketiga, kita memerlukan kesadaran bahwa konspirasi modern yang mungkin jauh lebih terorganisasi dari pada konspirasi lama dan lebih canggih seperti ada sebelumnya. Untuk itu kita juga perlu belajar jaringan kerja konspirator. Konspirasi kerja politik di Indonesia telah masuk kedalam konsolidasi sentralistik dan membahayakan terhadap proses politik arus bawah. Kekuatan untuk tujuan jangka pendek sering digunakan oleh kelompok tertentu karena terancam kekuasaannya.
Keempat, sebagaimana pemilih dalam pemilihan umum, kita sebaiknya tetap pada usaha kita dalam rangka mensukseskan pemilu tahun 2009 berjalan secara jujur dan demokratis, dengan melakukan kontrol yang kuat. Pemilu tahun 2009 memungkinkan di kontrol oleh kekuatan konspirator lama karena tahapan pemilu dari pemilihan anggota parlemen ke pemilihan presiden ada senggang waktu yang cukup untuk berkalaborasi dan sangat rawan.
Comments