Skip to main content

Tenaga Kerja Wanita Indonesia Dihukum Mati Di Arab Saudi Dan Pemerintah Sibuk Ngurusin Sueharto

"Bangkitlah bangsaku bangunlah negeriku, jangan jadikan negeri ini negeri pengekspor tenaga kerja, jadikan negeri ini negeri makmur sentosa. Mari sekarang kita bekerja
keras untuk membangun negeri ini karena pada suatu saat negara lain akan bergantung pada negara kita. Jangan khawatir untuk mengatakan yang benar itu benar, katakan yang salah itu salah, keadilan akan bicara."

Hukum yang tidak melalui proses pengadilan yang terbuka, cenderung akan menghasilkan keputusan yang Salah. Ada keganjalan proses pengadilan yang dilakukan oleh pengadilan Arab Saudi, salah satu kasus yang menimpa seorang pembantu rumah tangga asal Indonesia setelah dinyatakan bersalah membunuh majikan perempuannya. Sebagaimana yang di lansir oleh berbagai media internasional, baik media cetak maupun elektronik, nama Yanti Sukardi, dieksekusi pengadilan Arab Saudi di Provinsi Assir karena di anggap melakukan pembunuhan dan dinyatakan bersalah telah membunuh majikannya Aisha al-Mukhaled saat korban tidur, lalu mencuri perhiasaanya. Setelah sebelumya yang juga terancam hukuman mati seperti Suwarni, Siti Zaenab asal Jawa Timur, Hafidh bin Kholil Sulam asal Jawa Timur, Eti Thoyib Anwar asal Jawa Barat, dan Nur Makin Sobri. Kemudia diantara pekerja Indonesia yang juga terkena ancaman hukuman mati selain di Malysia dan Arab Saudi adalah Barokah, bekerja di Singapura dan Darman Agustiri yang bekerja di Mesir. Dan juga sebelumnya kasus hukuman mati terhadap warga negara Sri Lanka yang berumur 19 tahun sebagai pekerja migrant yang dinyatakan bersalah dan di hukum mati oleh pengadilan Arab Saudi.


Persoalan lain bukan hanya pada hukuman mati terhadap Yanti Sukardi , Akan tetapi persoalan lain juga adalah banyak korban tenaga kerja Indonesia belum mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah Indonesia maupun pemerintah Arab Saudi. Sebagaimana kita tahu bahwa proses pengadilan kurang transparan dan kadang–kadang mengagetkan seperti halnya kasus Yanti Sukardi, sehingga proses pengadilanpun kurang memperhatikan rasa keadilan baik buat korban, keluarga korban maupun buat rakyat Indonesia . Dengan kasus ini, seharusnya pemerintah Arab Saudi memberi tahu tentang kasus yang menimpa Yanti Sukardi terhadap perwakilan pemerintah Indonesia di Arab Saudi, sehingga pemerintah melalui KBRI bisa memberikan bantuan hukum, kalau tidak maka proses pengadilan itu adalah salah dan keputusanpun salah, karena setiap perbuatan yang melanggar hukum harus diselesaikan pengadilan secara adil dan terbuka. Kenapa itu penting dilakukan karena Mandatory consuler notification itu berlaku bagi proses hukum internasional. Di lain pihak Kedutaan Indonesia harus proaktif dalam menangani kasus yang menimpa Yanti Sukardi dan yang lainnya karena peran duta besar itu sangat penting posisinya sebagai perwakilan pemerintah Indonesia, sebagaimana kita ketahui K. H. Salim Segaf Al-Jufrie dari Partai Keadilan Sejahtera sebagai Dubes untuk Arab Saudi dan Kesultanan Oman, juga harus bekerja keras dan melakukan langkah-langkah dibutuhkan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya .


Sebagaimana yang telah di sampaikan oleh Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah pada tahun lalu: "Jika kita me-review upaya pemerintah RI dalam menangani kasus ancaman hukuman mati terhadap buruh migran Indonesia di luar negeri, ada beberapa catatan buruk yang harus diperbaiki," kata Anis. Pertama, ungkap Anis, pada tahun 1999, saat Gus Dur menjabat Presiden RI, ia telah melakukan upaya diplomatik untuk membebaskan Siti Zaenab dari hukuman pancung di Arab Saudi. Namun, tampaknya jerih payah Gus Dur ini tidak dilanjutkan oleh dua presiden setelah Gus Dur, yaitu Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Akibatnya, Siti Zaenab yang nyawanya sempat terselamatkan oleh diplomasi Gus Dur, kini kem­bali berada di ujung tanduk. Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, dalam keterangan persnya, di Jakarta Rabu (24/1 2007) Pikiran Rakyat.


Paling tidak sedap dengan kasus yang menimpa Yanti Sukardi yang telah dihukum mati oleh pemerintah Arab Saudi adalah berita yang kita dapat dari media nasional KOMPAS yang mengutip pernyataan yang diperoleh dari Gubernur Gorontalo, “Pernyataan ini dikemukakan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad usai menjenguk Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Jumat (11/1) malam. Menurut Fadel, Presiden Yudhoyono akan kembali ke Tanah Air Sabtu (12/1) dini hari ini. Presiden memang dijadwalkan tiba di Jakarta tanggal 12 Januari, namun akan dipercepat beberapa jam dari jadwal semula. Dia menambahkan, Wapres Jusuf Kala juga akan membatalkan kunjungan ke Pekanbaru. Semula Wapres dijadwalkan akan membuka acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).” JAKARTA, KCM (Sabtu, 12 Januari 2008)
Dan juga banyak menteri dan bahkan beberapa perwakilan rakyat kita juga hadir di RSPP. Ini menunjukkan bahwa pemerintah dan sebagian wakil rakyat kita kurang mempunyai rasa sensitive terhadap hak asasi manusia, yang mana pada saat yang sama rakyatnya telah mendapat hukuman mati, akan tetapi malah sibuk ngurusin mantan presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun, daripada ngurusin tenaga kerka Indonesia diluar negeri yang terkena musibah.


Untuk menyikapi kasus ini pemerintah RI harus segera melakukan tindakan preventif untuk mencegah bertambahnya kasus ancaman hukuman mati yang menimpa buruh migran Indonesia di luar negeri dan melakukan advokasi . Pemerintah juga harus melakukan sikap yang tegas terhadap Arab Saudi baik secara diplomatik maupun secara hukum, karena apabila proses pengadilan dalam suatu kasus tidak di lakukan secara adil atau secara prosedural, pemerintah Indonesia bisa menuntut secara hukum.
(Oleh : Co-Mimbar Demokrasi)

Comments

Anonymous said…
Soeharto layak untuk di hukum.... kasihan yah TKW kita di Arab saudi., pemerintah harus tegas..!!
Tulisan yang bagus... salut bung untuk karya2nya.. keep spirit.
Bob said…
Asl..ya...begitulah selalu pemerintah kita, tdk miris melihat nasib anak bangsa ini, tdk peduli dg rakyat jelata ini, tdk mau tau dg kondisi masyarakatnya yg papa ini,& tdk terpikirkan oleh mereka akan nasib rakyat yg miskin iman ini, moga saja kita diberikan pemimpin spt Umar bin Abdul Aziz. Tapi sy tdk pesimis dgn masa depan bangsa ini, bukan mendahului yg Kuasa, tapi sy yakin Insya Allah 5 atau 10 tahun kedepan bangsa ini akan menjadi bangsa yg besar d disegani.
Anonymous said…
Saya ikut prihatin atas kondisi pemimpin kita, tapi saya setuju dengan pendapat anda bahwa kita mempunyai bangsa yang besar, mari kita bersatu dan menegakkan keadilan dengan tidak pandang bulu, karena tuhan tidak membeda-bedakan seseorang kecuali ketaqwaan.
Anonymous said…
memang kita lagi krisis kepedulian kepada sesama anak bangsa,khususnya yang berasal dari kaum lemah ekonomi maupun politik. coba jika yang terancam hukuman mati itu orang penting di negeri ini ya.. orang penting secara ekonomi (baca:pengusaha) atau orang penting secara politik (baca: penguasa) pasti akan dibela mati-matian. Tapi jika yang terancam hukuman mati itu orang lemah layaknya yanti sukardi( siapa sih yanti) peduli amat mau dihukum mati kek, mau dipancung kek emangnye gue pikirin kali yee gitu mungkin yang ada dibenak pengelola negeri ini. Masya Allah bukan bermaksud su'uzdhon tapi kejadian seperti ini sudah sering terjadi dan selalu berujung pada kekalahan diplomasi jika musibah menimpa orang kecil. Semoga kedepan kita akan mendapatkan pemimpin negeri yang bijaksana dan bijaksini ga kompromi ama uang dan kedudukan, pemimpin yang merdeka tidak tersandera kepemimpinannya. memang sulit mendapatkan pemimpin jenis ini karena pada prosesnya selalu berkaitan dengan biaya, politikpun ada biayanya lho... lalu siapa yang akan maju menjadi calon pemimpin pasti ada investornya, terus kalo udah jadi baik itu presiden,gubernur atau bupati/walikota pasti investor itu akan membisniskan pemimpin tadi.. jelas ini menjadi mata rantai lingkaran setan yang tidak pernah dan tidak akan pernah bisa selesai selama manusia masih mengedepankan hawa nafsu dan syahwatnya dalam menjalani kehidupan. Dulu waktu Tuhan mengambil keputusan untuk menciptakan manusia sebagai kholifah dimuka bumi para malaikat bertanya" Mengapa Engkau akan menciptakan dan mengangkat mahluk yang senantiasa membuat kerusakan dimuka bumi dan suka menumpahkan darah? Tuhan berfirman Aku yang paling tahu dari apa yang tidak kalian ketahui. Memang dari awal manusia memang cenderung berbuat kerusakan meskipun dalihnya adalah perbaikan. Dan ketika Tuhan berfirman "Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi! Mereka berkata(manusia) berkata kami hanyalah orang2 yang membuat perbaikan.Tuhan berfirman "Ingatlah sesungguhnya kalian orang2 yang membuat kerusakan tetapi kalian tidak mengetahuinya.

Saudaraku.. memang sudah darisananya manusia memiliki sifat yang membantah/mencari alasan meskipun berdalog dengan Tuhannya yang Maha Tahu. sebagaimana dalam firman Tuhan " Diilhamkan pada manusia itu sifat buruk dan sifat takwa"
.
Jadi tergantung bagaimana manusia/orang itu akan mengikuti kemana arah kecenderungandirinya. mungkin bagi yang masih memiliki hati nurani yang bersih, yang masih terinspirasi nilai2 Illahi tentu akan mengedepankan perbuatan2 baik. akan tetapi sebaliknya jika didalam hatinya terkotori oleh virus kezholiman dan hawa nafsu yang dominan meliputi hati dan jiwa tentu perbuatan2 buruk akan senantiasa mendampingi hidupnya Naudzubillah

Popular posts from this blog

Pemikiran Filsafat John Dewey (Bagian 3: habis)

John Dewey dan Pendidikan Pembahasan di sini difokuskan pada John Dewey sebagai seorang pendidik, meskipun konsepsi pendidikan yang dirumuskannya sangat kental dengan pemikiran filosofisnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran-pemikiran Dewey banyak berpengaruh pada praktek pendidikan masakini. Seiring itu pula, pemikiran-pemikiran Dewey, banyak memperoleh tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang pro, pemikiran Dewey merupakan penyelamat pendidikan Amerika. Sebaliknya, mereka yang tidak sepakat, gagasan Dewey disebutnya sebagai lebih rusak dari gagasan Hitler.John Dewey adalah seorang filsuf dan pendidik, yang lahir tahun 1859 dan meninggal tahun 1952. Sebagai seorang filsuf, aliran filosofinya diklasifikasikan dalam kategori. Pragmatisme, meskipun Dewey sendiri lebih sering menggunakan istilah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Menurut Garforth (1996) filosofi pragmatisme sering diarahkan sebagai filosofi konsekuensi yang menggunakan hasil atau konseku...

Konglomerasi Politik, Keseimbangan Kekuasaan dan Kedaulatan Rakyat

Oleh IksanHb Seperti yang sering saya jelaskan dalam artikel sebelumnya tentang keseimbangan kekuasaan, keseimbangan ini sangat penting dalam sebuah negara besar seperti Indonesia. Kali ini saya ingin menekankan bahwa keseimbangan politik praktis dan memiliki keseimbangan kemampuan dalam kekuasaan tidaklah cukup. Seperti yang terjadi diberbagai negara yang mempunyai cukup amunisi dan strategi dalam praktek ketata negaraan , seperti korea selatan dan beberapa negara eropa pada umumnya adalah keseimbangan kekuasaan dengan keterampilan yang tinggi sangat diperlukan untuk menjadi benteng atau bagian utama dalam keseimbangan people power dan pemerintahan yang kuat. Tanpa daya dari dalam , keterampilan, konstitusi yang kuat dan nasionalisme sebagai ruh sungguh sulit untuk dapat membuat perbedaan dalam sebuah masa dimana transisi demokrasi, politik dan kekuasaan dalam kekuatan bangsa besar yang berbineka tunggal ika. Semua unsur yang secara pralel masuk pada peringkat atau ind...

Penderitaan Rakyat Momentum Penyatuan Pergerakan Mahasiswa

Oleh : IksanHb Pergerakan solidaritas mahasiswa atas kedaulatan rakyat dalam memperjuangkan demokratisasi di Indonesia, ada dalam roh kekuatan suara rakyat. Satu filosis idiologi pergerakan rakyat adalah gerakan terorganiser lebih baik dari pada kekuatan individu yang berkuasa. Potensi yang bersumber dari riel kekuatan rakyat dan penyatuan pergerakan mahasiswa adalah sebuah kekuatan besar dalam menentukan sebuah pilihan. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. (Wekipedia, Gerakan Mahasiswa Indonesia.) Gerakan mahasiswa diberbagai momentum dalam menciptakan sebuah perubahan dan pergantian pemimpin seperti yang terjadi di berbagai n...