Semua surat kabar meletakkan berita utamanya dengan pembunuhan Benazir Bhutto kemarin sore, yang membuat Pakistan diliputi kekacauan kurang dari dua minggu sebelum pemilihan parlementer yang dijadwalkan.
Bhutto, Pakistan's two-time prime minister , nyaris dari percobaan pembunuhan sebelumnya ketika dia kembali ke Pakistan dua bulan yang lalu setelah delapan tahun mengasingkan diri. Mengikuti kampanye di kota Rawalpindi, Bhutto melambai kepada orang banyak dari sunroof mobil ketika dia luka kena tembakan.
Setelah itu, pesawat pembom bunuh diri meledakkan bahan peledak dan membunuh sedikitnya 20 orang.
Washington Post mendapat laporan dari seorang asisten yang telah berada di samping Bhutto dan laporan ada "tiga sampai lima suara tembakan" dan lalu mantan perdana menteri "merebahkan diri ke dalam tempat duduknya... sewaktu darah mengalir dari lukanya dan disatukan di belakang tempat duduk, dia kehilangan kesadaran."
Los Angeles Times membuat jelas bahwa "serangan terjadi dengan kecepatan yang membinasakan,” dan tak seorang pun yakin persis apa yang terjadi.
Beberapa percaya penembak dan pesawat pembom adalah orang yang sama, sedangkan orang lain mengatakan "ada dua orang penyerang."
New York Times mengatakan beberapa saksi melaporkan melihat seorang penembak bersembunyi menembak dari gedung dekat.
Sulit untuk melebih-lebihkan efek pembunuhan Bhutto akan di dalam Pakistan.
USA Today menunjukkan bahwa "harapan terbaik untuk Pakistan menjadi demokrasi segera stabil kapan saja mungkin setelah meninggal dengan Benazir Bhutto" sewaktu ada sedikit perubahan "peralihan mulus" dari diktatur militer ke demokrasi (military dictatorship to democracy).
Untuk bagiannya, Jurnal Wall Street menaruh nya dengan sederhana: "bangsa paling tidak stabil dunia yang berlengan nuklir jatuh lebih dalam ke dalam krisis.”
LAT melaporkan bahwa kekacauan semalam membunuh sedikitnya sembilan orang sewaktu Presiden Pervez Musharraf dengan sia-sia mempersilahkan orang Pakistan untuk tetap tenang.
By Daniel Politi di alih bahasakan oleh Iksan
Bhutto, Pakistan's two-time prime minister , nyaris dari percobaan pembunuhan sebelumnya ketika dia kembali ke Pakistan dua bulan yang lalu setelah delapan tahun mengasingkan diri. Mengikuti kampanye di kota Rawalpindi, Bhutto melambai kepada orang banyak dari sunroof mobil ketika dia luka kena tembakan.
Setelah itu, pesawat pembom bunuh diri meledakkan bahan peledak dan membunuh sedikitnya 20 orang.
Washington Post mendapat laporan dari seorang asisten yang telah berada di samping Bhutto dan laporan ada "tiga sampai lima suara tembakan" dan lalu mantan perdana menteri "merebahkan diri ke dalam tempat duduknya... sewaktu darah mengalir dari lukanya dan disatukan di belakang tempat duduk, dia kehilangan kesadaran."
Los Angeles Times membuat jelas bahwa "serangan terjadi dengan kecepatan yang membinasakan,” dan tak seorang pun yakin persis apa yang terjadi.
Beberapa percaya penembak dan pesawat pembom adalah orang yang sama, sedangkan orang lain mengatakan "ada dua orang penyerang."
New York Times mengatakan beberapa saksi melaporkan melihat seorang penembak bersembunyi menembak dari gedung dekat.
Sulit untuk melebih-lebihkan efek pembunuhan Bhutto akan di dalam Pakistan.
USA Today menunjukkan bahwa "harapan terbaik untuk Pakistan menjadi demokrasi segera stabil kapan saja mungkin setelah meninggal dengan Benazir Bhutto" sewaktu ada sedikit perubahan "peralihan mulus" dari diktatur militer ke demokrasi (military dictatorship to democracy).
Untuk bagiannya, Jurnal Wall Street menaruh nya dengan sederhana: "bangsa paling tidak stabil dunia yang berlengan nuklir jatuh lebih dalam ke dalam krisis.”
LAT melaporkan bahwa kekacauan semalam membunuh sedikitnya sembilan orang sewaktu Presiden Pervez Musharraf dengan sia-sia mempersilahkan orang Pakistan untuk tetap tenang.
By Daniel Politi di alih bahasakan oleh Iksan
Comments