BALI UNCCC, DEADLOCK DAN KALAH MENANG
Dari sekarang, Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memulai paling lambat pada dua tahun kedepan dengan melakukan pembicaraan sampai menemukan bentuk yang efektif untuk mengganti protocol Kyoto tahun 1997. Harapan dan kegelisahan terhadap organisasi pelaksanaan proyek hasil UNCCC Bali yang akan dilaksanakan oleh salah satu organisasi The Global Environment Facility (GEF) yang didirikan pada tahun 1991 sangat wajar karena salah satu dari proyek yang dilakukan oleh GEF ini belum merata bagi negara-negara yang secara wilayah geografis ada dalam wilayah strategis seperti Indonesia. Siapa sebenarnya GEF dan apa yang mereka lakukan?
Organisasi keuangan mandiri, GEF menyediakan dana bantuan ke negara berkembang untuk proyek keuntungan terhadap lingkungan global dan memajukan mata pencaharian yang dapat dipertahankan oleh masyarakat lokal. Sebagaimana mekanisme keuangan, GEF memberikan dan mengeluarkan Uang sebesar kira-kira $250 juta setahun dalam bentuk proyek pada efisiensi energi, energi yang dapat diperbarui, dan transportasi dapat dipertahankan. Bentuk proyek yang dilakukan GEF dalam perubahan Iklim adalah: Energi yang bisa di perbaharui, efisiensi energy, transportasi yang bisa di pertahankan, adaptasi, tehnologi rendah–GHG energy baru, memungkinkan aktivitas, komunikasi nasional dan kewajiban di bawah UNFCCC.
Kembali pada keputusan yang di hasilkan oleh UNCCC di Bali Indonesia yang secara geografis terletak diwilayah strategis tentu harus bisa memanfaatkan peluang dan kesempatan ini untuk menjadi negara yang mendukung terhadap pelaksanaan program maupun pelaksanaannya termasuk ikut memonitor meskipun poin-poin yang ada dalam Bali Road Map kurang idial yang diharapkan negara-negara berkembang dan juga Indonesia harus advokasi dan melakukan lobi-lobi pada pimpinan negara-negara maju seperti Kanada, Jepang dan khususnya Amerika untuk lebih realistis dan substansi terhadap program yang diinginkan negara-negara berkembang. Namun demikian yang paling utama untuk mensukseskan ini adalah kemauan pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk melakukan tindakan nyata dan pemerintah harus mempunyai kemauan kuat untuk memerangi korupsi dan kolusi dalam pelaksanaan proyek yang disepakati dalam UNCCC Bali.
Oleh Iksan
Alotnya UNCCC di Bali tidak lain karena puncak dari proses panjang dalam pertemuan pertemuan tingkat lokal maupun tingkat internasional, protokol Kyoto yang kemudian lebih berfokus pada perubahan iklim global, apa yang menyebabkan alotnya UNCCC ini? Sebagaimana kita ketahui banyaknya negara maju yang bersikap tidak peduli dan tidak begitu menghiraukan suara negara berkembang padahal investasi terbesar mereka ada di negara-negara berkembang yang banyak mengeluarkan energy. Kenapa peryataan mantan wakil presiden Amerika AL GORE yang sempat menjadi berita sangat hangat di USA dalam pidatonya bahwa negaranya yaitu Amerika harus ikut bertanggung jawab terhadap masalah perubahan iklim. Pidato inilah yang membuat media seperti CNN memuat dan menuai reaksi beragam dari masyarakat dunia.
Alotnya UNCCC di Bali tidak lain karena puncak dari proses panjang dalam pertemuan pertemuan tingkat lokal maupun tingkat internasional, protokol Kyoto yang kemudian lebih berfokus pada perubahan iklim global, apa yang menyebabkan alotnya UNCCC ini? Sebagaimana kita ketahui banyaknya negara maju yang bersikap tidak peduli dan tidak begitu menghiraukan suara negara berkembang padahal investasi terbesar mereka ada di negara-negara berkembang yang banyak mengeluarkan energy. Kenapa peryataan mantan wakil presiden Amerika AL GORE yang sempat menjadi berita sangat hangat di USA dalam pidatonya bahwa negaranya yaitu Amerika harus ikut bertanggung jawab terhadap masalah perubahan iklim. Pidato inilah yang membuat media seperti CNN memuat dan menuai reaksi beragam dari masyarakat dunia.
Yang menarik dari peristiwa UNCCC Bali juga adalah: Pertama keputusan dramatik dalam konfrensi perubahan iklim PBB Bali yang sempat deadlock dan sempat aksi walk-out yang dilakukan oleh sekjen UNFCCC Yvo de Boer, karena tidak ada transparansinya dalam proses sidang dengan melakukan lobi dalam forum G77 diluar sepengetahuan dia, kata sepakat yang kemudian selesai di U.N. konferensi iklim Bali. Para pemimpin dunia akhirnya mengadopsi pemecahan pada hari Sabtu untuk merencanakan dalam perjanjian baru tahun 2009 dan global warming, setelah negara negara menyatukan kembali pokok-pokok pikirannya selama dua kelompok mengalami kebuntuan antara negara-negara berkembang dengan negara maju. Kedua Persetujuan dengan mufakat dalam UNCCC yang dihadiri kira-kira 190 bangsa, dikatakan titik balik dari dunia internasional dalam rangka untuk mengatasi perubahan suhu yang banyak mengakibatkan korban jiwa seperti kekeringan, angin topan, banjir, meluapnya air laut dll.
Dari sekarang, Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memulai paling lambat pada dua tahun kedepan dengan melakukan pembicaraan sampai menemukan bentuk yang efektif untuk mengganti protocol Kyoto tahun 1997. Harapan dan kegelisahan terhadap organisasi pelaksanaan proyek hasil UNCCC Bali yang akan dilaksanakan oleh salah satu organisasi The Global Environment Facility (GEF) yang didirikan pada tahun 1991 sangat wajar karena salah satu dari proyek yang dilakukan oleh GEF ini belum merata bagi negara-negara yang secara wilayah geografis ada dalam wilayah strategis seperti Indonesia. Siapa sebenarnya GEF dan apa yang mereka lakukan?
Organisasi keuangan mandiri, GEF menyediakan dana bantuan ke negara berkembang untuk proyek keuntungan terhadap lingkungan global dan memajukan mata pencaharian yang dapat dipertahankan oleh masyarakat lokal. Sebagaimana mekanisme keuangan, GEF memberikan dan mengeluarkan Uang sebesar kira-kira $250 juta setahun dalam bentuk proyek pada efisiensi energi, energi yang dapat diperbarui, dan transportasi dapat dipertahankan. Bentuk proyek yang dilakukan GEF dalam perubahan Iklim adalah: Energi yang bisa di perbaharui, efisiensi energy, transportasi yang bisa di pertahankan, adaptasi, tehnologi rendah–GHG energy baru, memungkinkan aktivitas, komunikasi nasional dan kewajiban di bawah UNFCCC.
Kembali pada keputusan yang di hasilkan oleh UNCCC di Bali Indonesia yang secara geografis terletak diwilayah strategis tentu harus bisa memanfaatkan peluang dan kesempatan ini untuk menjadi negara yang mendukung terhadap pelaksanaan program maupun pelaksanaannya termasuk ikut memonitor meskipun poin-poin yang ada dalam Bali Road Map kurang idial yang diharapkan negara-negara berkembang dan juga Indonesia harus advokasi dan melakukan lobi-lobi pada pimpinan negara-negara maju seperti Kanada, Jepang dan khususnya Amerika untuk lebih realistis dan substansi terhadap program yang diinginkan negara-negara berkembang. Namun demikian yang paling utama untuk mensukseskan ini adalah kemauan pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk melakukan tindakan nyata dan pemerintah harus mempunyai kemauan kuat untuk memerangi korupsi dan kolusi dalam pelaksanaan proyek yang disepakati dalam UNCCC Bali.
Comments