Oleh Iksan
Kepastian politik adalah pasti dibutuhkan hari ini.
Masalahnya adalah kita harus memilih, yang mana kepastian politik yang tepat untuk kita?
Jika cita-cita itu muncul dari proses politik dalam mewujudkan agenda reformasi "tindakan politik ideologi dan kemandirian" akan mendapat "kekuatan, untuk berfungsi secara efektif" sebagai alat untuk "melobi" atau "memecahkan" persoalan spesifik terhadap pentingnya realitas politik, itu terlihat kekuatan personal untuk menciptakan ketergantungan rakyat ketika partai politik mengalami krisis kepercayaan, apa kemudian realitas menunjukkan dengan kalahnya calon dari partai-partai besar dalam pemilihan kepala daerah.
Apa dampak dari kasus ini adalah banyak kebijakan kepala daerah yang mengandalkan figur atau ketokohan menjadi tersendatnya proses pelaksanaan program dan rakyat menjadi korban, kemudian terjadi balas dendam.
Satu pihak mereka mempunyai seorang pemimpin berkarisma, mempunyai status social dalam ilmu sosiologi politik adalah kelas elit politik, organisasi semi-birokratis sering digunakan untuk menjadi alat tawar menawar diantara elit politik. Masalah seperti ini yang kemudian menjadi inspirasi bagi pengamat politik untuk ikut terlibat didalam wilayah politik melalui proses legislative, karena kalau tidak maka yang terjadi ketidak efektif dan efisiennya dalam proses kerja politik dan pemerintahan. Waktu yang sangat lama dimana DPR bekerja untuk menetukan aturan baru dalam pelaksanaan pemilu yang akan datang dan lagi anggota KPU yang baru saja proses pergantian, sedangkan PEMILU sudah sangat dekat, kerja politik kemudian yang terjadi adalah proses politik di era transisi menjadi era transaksi baru ini, realitas yang terjadi di DPR adalah partai besar lawan partai kecil dan partai lama lawan partai baru. Saya tiadak meragukan keikut sertaan calon independen untuk ikut proses politik akan tetapi penting pula bagi partai-partai untuk bekerja lebih serius dan bertanggung jawab terhadap konstituen yang mana janji-janji program diberikan.
Masalahnya adalah kita harus memilih, yang mana kepastian politik yang tepat untuk kita?
Jika cita-cita itu muncul dari proses politik dalam mewujudkan agenda reformasi "tindakan politik ideologi dan kemandirian" akan mendapat "kekuatan, untuk berfungsi secara efektif" sebagai alat untuk "melobi" atau "memecahkan" persoalan spesifik terhadap pentingnya realitas politik, itu terlihat kekuatan personal untuk menciptakan ketergantungan rakyat ketika partai politik mengalami krisis kepercayaan, apa kemudian realitas menunjukkan dengan kalahnya calon dari partai-partai besar dalam pemilihan kepala daerah.
Apa dampak dari kasus ini adalah banyak kebijakan kepala daerah yang mengandalkan figur atau ketokohan menjadi tersendatnya proses pelaksanaan program dan rakyat menjadi korban, kemudian terjadi balas dendam.
Satu pihak mereka mempunyai seorang pemimpin berkarisma, mempunyai status social dalam ilmu sosiologi politik adalah kelas elit politik, organisasi semi-birokratis sering digunakan untuk menjadi alat tawar menawar diantara elit politik. Masalah seperti ini yang kemudian menjadi inspirasi bagi pengamat politik untuk ikut terlibat didalam wilayah politik melalui proses legislative, karena kalau tidak maka yang terjadi ketidak efektif dan efisiennya dalam proses kerja politik dan pemerintahan. Waktu yang sangat lama dimana DPR bekerja untuk menetukan aturan baru dalam pelaksanaan pemilu yang akan datang dan lagi anggota KPU yang baru saja proses pergantian, sedangkan PEMILU sudah sangat dekat, kerja politik kemudian yang terjadi adalah proses politik di era transisi menjadi era transaksi baru ini, realitas yang terjadi di DPR adalah partai besar lawan partai kecil dan partai lama lawan partai baru. Saya tiadak meragukan keikut sertaan calon independen untuk ikut proses politik akan tetapi penting pula bagi partai-partai untuk bekerja lebih serius dan bertanggung jawab terhadap konstituen yang mana janji-janji program diberikan.
Fenomena politik yang melibatkan tokoh publik seperti terlihat bagaimana keinginan calon independen yang terjadi di DKI yang baru saja terjadi dalam pemilihan gubernur. Sarwono dan beberapa anggota DPD lainnya untuk ikut pemilihan kepala daerah bahkan tokoh artis seperti Rano Karno yang sekarang ikut mencalonkan diri untuk mendampingi Ismet sebagai wakil bupati dalam pemilihan bupati kabupaten Tangerang itu karena mereka mengklaim mampu mengerahkan masa untuk membuktikan sebagaimana dia lakukan, tidak begitu juga "daerah" pemilihannya lebih mengetahui, secara politis tahu banyak, dan lebih pintar beraksi secara mandiri di mana populeritas di kembangkan. Mengerahkan masa, seperti pemungutan suara, yang kadang-kadang bergeser pada nalar kosong dan itu juga yang terjadi pada pemilu tahun 2004, dilema yang bersinggungan dengan hati nurani dan obyektifitas dalam proses pendidikan kewarga negaraan, mempengaruhi kualitas politik dimana yang seharusnya jauh dari transaksi pada wajah figure politik akan tetapi pada program yang di janjikan. Orang kebanyakan menjadi pasif dan tidak aktif; lembaga menjadi birokratis dan sentralistik (biasanya di nama"efisiensi" dan "pragmatisme"). Politikus menjadi tidak profesional dan lebih mementingkan karer dari pada untuk kepentingan rakyat.
Solusi ditangan anda, bersama kita bisa.
Comments