Skip to main content

Potret Kemiskinan Struktural – Struktur Budaya Amil Zakat (2) Habis

Pendekatan empiric versus pendekatan struktur kekuasaan

Oleh IksanHb

Pendekatan sosio-kultural didalam menelaah wujud sosial

Tamsilan kesholehan manusia di dalam filsafat ilmu pengetahuan sosial dan tidak terkecuali dari segi antropologi teologis yang banyak dipakai oleh masyarakat barat – memang secara umum banyak orang mengkaji kesholehan sosial lebih menekankan aspek perseorangan dan pribadi sebagai dasar martabat manusiawi dan pribadi sosial untuk bertanggung jawab.

Kalau kita sejak kecil belajar Ilmu pengetahuan sosial baik secara formal maupun nonformal, lebih focus untuk mengenal lebih tentang sosiologi, tiak pernah kita memperdebatkan terhadap teori-teori yang dijadikan rujukan dalam proses belajar mengajar apa lagi menolak pengertian-pengertian yang sifatnya menyinggung orang lain. Apa yang terjadi pada mereka yang mana lebih berkepentingan dalam dimensi sosial manusia dan lebih induvidualisme daripada memberi ruang masyarakat terbuka dan mempunyai kesempatan dalam menetukan nasibnya, yaitu keegosentrisan yang dimiliki manusia yang selalu ingin jadi penguasa .

Berbeda dengan keshalehan sosial pandangan sosiologis ini mengandalkan kurang lebih pengamatan empiris dan ujian, di mana teori-teori yang biasa didapat (belajar dari kenyataan “belajar dari kesalahan dan belajar dari keberhasilan empiric”). Keshalehan sosial sebagai bagian dari teori dan aksi, pantas menerima perhatian khusus dalam pemikiran yang berbaur dengan literasi filosofis dan keagamaan dalam teologis empiris dan saling menhormati. Ilmu pengetahuan sosial juga sebaiknya mencegah dari kemungkinan terjebak dalam collectivist ideology yang berbau politik kekuasaan ,yang menaruh dimensi sosial dalam posisi untung rugi dan cara mutlak dalam mencari dukungan.

Pentingnya pengertian berimbang didalam masyarakat sipil dan supaya berguna dalam menjalin hubungan individu dan masyarakat bisa ditemukan. Dalam pengamatan saya dan pendapat Lathiful Khuluq bahwa kemiskinan struktural dapat dijadikan bahan dalam menyikapi insiden di Pasuruan.

Wujud manusia miskin yang tinggal di komunitas elit dan kelas menengah keatas, tidak heran jika diantara orang-orang miskin seolah-olah di penjara: sebagai contoh situkang ojek tidak bisa menikmati makan malamnya sebagaimana pejabat atau bisnismen, situkang sayur tidak bisa mengadakan pesta ulang tahun atau pesta perkawinan anaknya seperti sikaya ( pejabat, politisi bisnismen dll) dengan meriah. Yang paling mengerikan jika situkang sayaur harus datang kepesta sikaya dengan harus membawa kado, kalau dikasih kado harga murah tidak enak karena mereka kaya, kalau dikasih yang mahal simiskin tidak punya uang, problemnya kemudian, haruskah si tukang sayaur datang? Kalau datang bingung, kalau tidak datang tidak enak. Itu adalah contoh sedikit wujud kemiskinan structural menjadi penjara dalam hidupnya.

Pembodohan yang sering terjadi adalah seolah olah hilang dengan janji-janji manis dari pemerintah maupun politisi disaat musim kampanye dan musim demonstrasi. Keberadaan manusia yang penghasilannya rendah dan kebebasan mereka sangat banyak terpaksa oleh struktur kebudayaan sebagaimana norma-norma yang ditanamkan, aturan lembaga sosial, tugas sosial, dan kontrol dan sanksi sosial. Dalam pengertian itu, pertemuan silaturahmi menjadi sulit, insiden di Pasuruan adalah contoh kecil diantara problem komuditi individu menjadi komuditas politik. Sulitnya komunikasi diantara masyarakat miskin dan kaya menjadi renggangnya basic humanitarian diantara sesama. Silaturahmi menjadi ajang tahunan dan ajang musim kampanye.

Kehidupan masyarakat sebagai wujud manusia seperti tukang dalang yang menguasai wayang kulit atau wayang goleknya. Norma-norma yang ada dalam wilayah socio-kebudayaan, yang mengatur lembaga sosial, dan norma sosial secara eksternal tidak bisa dipaksakan pada masyarakat miskin tetapi sebaiknya internalisasi agar mereka menjadi pola dan sikap kelakuan masyarakat miskin tidak terasa sebagai sebagai orang asing.

Proses Personalization: masing-masing diantara kami tidak bisa ditentuakan secara spesifik tokoh personal akan tetapi lebih daripada mitra yang harus saling menghormati. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa pandangan umum saya tidak merasa dipaksakan oleh saiapapun melainkan atas realitas kemiskinan dimata kami. Proses Internalisasi sangat penting, teristimewa bahwa aspek kultur, juga bisa menyebutkan mengapa semua orang tidak harus berbeda dalam menanggung lingkungan sosial. Budaya orang barat secara umum cenderung menjadi lebih individualis daripada budaya kita,Indonesia yang mengenal masyarakat paguyuban, gotong royong dan lebih suka bersama menjadi luntur. Bisakah kultur masyarakt timur menjadi kembali bangkit dan bersatu padu melawan kemiskinan menuju Indonesia makmur sentosa.



Comments

Popular posts from this blog

Di Balik Pemikran Pendidikan John Dewey ( Bagian 1 )

D alam Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasi secara lebih jauh pemikiran John Dewey tentang pendidikan. Apa yang kita pahami, pemikiran pendidikan Dewey seiring dengan konsepsi filsafat eksperimentalisme yang dibangunnya melalui konsep dasar penmgalaman, pertumbuhan, eksperimen dan transaksi. Secara demikian Dewey juga melihat teori filsafatnya sebagai suatu teori umum tentang pendidikan dan melihat pendidikan sebagai laboran yang di dalamnya perbedaan-perbedaan filosofis menjadi konkrit dan harus diuji serta karena pendidikan dan filsafat saling membutuhkan. Terdapat dua kontribusi penting dari konsep pendidikan Dewey yakni, konsepsi baru tentang pendidikan sosial dan kesosialan pendidikan, serta memberikan bentuk dan substansi baru terhadap konsep pendidikan yang berfokust pada anak. ( Pendidikan, John Dewey, eksperimentalisme). Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan pada dirinya sendiri bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memang memiliki daya dorong pada perubahan,

Pemikiran Filsafat John Dewey (Bagian 3: habis)

John Dewey dan Pendidikan Pembahasan di sini difokuskan pada John Dewey sebagai seorang pendidik, meskipun konsepsi pendidikan yang dirumuskannya sangat kental dengan pemikiran filosofisnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran-pemikiran Dewey banyak berpengaruh pada praktek pendidikan masakini. Seiring itu pula, pemikiran-pemikiran Dewey, banyak memperoleh tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang pro, pemikiran Dewey merupakan penyelamat pendidikan Amerika. Sebaliknya, mereka yang tidak sepakat, gagasan Dewey disebutnya sebagai lebih rusak dari gagasan Hitler.John Dewey adalah seorang filsuf dan pendidik, yang lahir tahun 1859 dan meninggal tahun 1952. Sebagai seorang filsuf, aliran filosofinya diklasifikasikan dalam kategori. Pragmatisme, meskipun Dewey sendiri lebih sering menggunakan istilah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Menurut Garforth (1996) filosofi pragmatisme sering diarahkan sebagai filosofi konsekuensi yang menggunakan hasil atau konseku

Penderitaan Rakyat Momentum Penyatuan Pergerakan Mahasiswa

Oleh : IksanHb Pergerakan solidaritas mahasiswa atas kedaulatan rakyat dalam memperjuangkan demokratisasi di Indonesia, ada dalam roh kekuatan suara rakyat. Satu filosis idiologi pergerakan rakyat adalah gerakan terorganiser lebih baik dari pada kekuatan individu yang berkuasa. Potensi yang bersumber dari riel kekuatan rakyat dan penyatuan pergerakan mahasiswa adalah sebuah kekuatan besar dalam menentukan sebuah pilihan. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. (Wekipedia, Gerakan Mahasiswa Indonesia.) Gerakan mahasiswa diberbagai momentum dalam menciptakan sebuah perubahan dan pergantian pemimpin seperti yang terjadi di berbagai n