Skip to main content

Kebebasan,Pilihan dan Keanekaragaman

Oleh: Iksan
Demontrasi adalah cara masyarakat sipil yang sangat penting dan bermain nilai-nilai diluar partai politik dalam batas secara potensi al berdampak bahaya pada praktek kekuasaan dan gagasa stataus quo, sejarah Indonesia telah melalui beberapa periode colonial , regimentasi ordebaru dan sampai reformasi. Untuk menanyakan apakah proses reformasi akan bermuara pada demokrasi modern atau hanya menjadi bayang-bayang demokrasi semata “democracy shadow “? Persoalannya gagasan democrasi kita mendorong untuk demokrasi modern yang ideal seperti kebebasan , menetukan sebuah pilihan dan keanekaragaman dalam mempertahankan nilai-nilai atau mendirikan kita seperti tujuan tanpa banyak kerangka kerja social yang lain pada kewajiban moral. Dapatkah kebebasa , pilihan dan keanekaragaman , ketika berdiri seperti tujuan atau nilai-nilai, secara actual meremehkan sebuah maksud pada nilai-nilai, tangung jawab individu, dan moral, dengan begitu lalai mengangkat sendiri? Apakah itu mungkin bahwa suatu hal banyak klaim demokrasi modern untuk mengagumi kebanyakan- kebebasan,pilihan, dan pertumbuhan keanekaragaman dan terus menerus ada pada prinsip moral dan kewajiban individu, sebagaimana tugas untuk melindungi yang lain dari kekerasan, tekanan, or prasangka karena setiap tindakan ini tidak bermoral ketika? Peristiwa politik yang baru saja marak dalam pemilihan gubernur ,pemilihan bupati dan walikota bahkan terjadi dalam pemilihan kepala desa dan Masyarakat mengusulkan agar pertanyaan ini pantas menerima pemikiran
Serius. Mempertimbangkan, untuk contoh, kekerasan dan sering secara brutal tindakan mengungkap pornograpfi dll.Tetapi kecuali satu keinginan untuk menciptakan totalitarian regim , institusi sebagaimana polisi tidak bisa di mana saja satukali, dan mereka tidak bisa bertindak seperti konsisten memeriksa atas kelakuan yang buruk dan criminal. Saran beberapa tokoh gerakan pro demokrasi bahwa pikiran demokrasi kontemporer adalah secara actual menganjurkan situasi ini, karena , seperti kita sudah melihat relitas ini, kebebasan itu adalah di idealkan oleh masyarakat Indonesia adalah tidak sebenarnya pasiv “ kebebasa dari perbudakan, tirani, atau kekerasan” tetapi lebih daripada aktif “kebebasa memilih untuk sendiri” Berdasarkan hasrat pribadi dan sangat terlepas dari kewajiban moril. Seperti idiologi demokrasi pancasila dan kuatan moral yang di rancang beberapa pilihan di dalam pasal tentang kebebasan dan keadilan social dan sebagainya merupakan pilihan untuk menjadikan standart masyarakat Indonesia.
Akhirnya , apakah riel kebebasan agama secara actual ada Di masyarakat ini seolah-olah mendasarkan dalam principil atas pilihan dan keanekaragaman? Akankah serius atau mengatur pertentangan dari lembaga agama pada kebebasan (jika banyak secara actual bangun) di dalamnya akan disambut gembira atau malah mentolerer? Itu boleh sama untuk beberapa secara tidak sukak bahwa Negara didalamnya akan menekan sebagaimana oposisi contoh seperti apa yang terjadi di Burma, ketika biksu ikut berdemontrasi menentang pemerintah mereka di hadapi dengan kekerasan dan terjadi korban dan juga terjadi di Indonesia saat ordebaru berkuasa dimana banyak tokoh agama menjadi korban seperti peristiwa politik, contoh kasus tanjung priuk, keterlibatannya tokoh NU dalam partai politik dimana sebagian besar bergabung dengan PPP sering mendapat tekanan dari pemerintah.Tetapi sebagaimana tekanan oleh Negara adalah takperlu dimana orang didalamnya menerapkan Pertemuan sosial mereka sendiri anti nilai. Pertentangan dari kebebasan, pilihan, dan keanekaragaman tertekan secara tak resmi,dan ini sampai apa saja yang lain di pertunjukkan pada masyarakat yang sudah di kenalkan kembali princip baru. Jika, di akhir, demokrasi menjadi agama dan mencoba untuk memisahkan agama dengan Negara di Indonesia adalah oleh karena itu pasti, itu mungkin masyarakat yang beradabmempunya kekuatan tendensi untuk mengatur dirimereka.Agama pada kebebasan di bangun di tengah puing idaman Indonesia sebelumnya,akan tetapi sekarang menjadi pilihan dalam setiap keputusan kemerdekaan diri tapi tidak untuk percaya.




Comments

Popular posts from this blog

Di Balik Pemikran Pendidikan John Dewey ( Bagian 1 )

D alam Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasi secara lebih jauh pemikiran John Dewey tentang pendidikan. Apa yang kita pahami, pemikiran pendidikan Dewey seiring dengan konsepsi filsafat eksperimentalisme yang dibangunnya melalui konsep dasar penmgalaman, pertumbuhan, eksperimen dan transaksi. Secara demikian Dewey juga melihat teori filsafatnya sebagai suatu teori umum tentang pendidikan dan melihat pendidikan sebagai laboran yang di dalamnya perbedaan-perbedaan filosofis menjadi konkrit dan harus diuji serta karena pendidikan dan filsafat saling membutuhkan. Terdapat dua kontribusi penting dari konsep pendidikan Dewey yakni, konsepsi baru tentang pendidikan sosial dan kesosialan pendidikan, serta memberikan bentuk dan substansi baru terhadap konsep pendidikan yang berfokust pada anak. ( Pendidikan, John Dewey, eksperimentalisme). Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan pada dirinya sendiri bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memang memiliki daya dorong pada perubahan,

Pemikiran Filsafat John Dewey (Bagian 3: habis)

John Dewey dan Pendidikan Pembahasan di sini difokuskan pada John Dewey sebagai seorang pendidik, meskipun konsepsi pendidikan yang dirumuskannya sangat kental dengan pemikiran filosofisnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran-pemikiran Dewey banyak berpengaruh pada praktek pendidikan masakini. Seiring itu pula, pemikiran-pemikiran Dewey, banyak memperoleh tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang pro, pemikiran Dewey merupakan penyelamat pendidikan Amerika. Sebaliknya, mereka yang tidak sepakat, gagasan Dewey disebutnya sebagai lebih rusak dari gagasan Hitler.John Dewey adalah seorang filsuf dan pendidik, yang lahir tahun 1859 dan meninggal tahun 1952. Sebagai seorang filsuf, aliran filosofinya diklasifikasikan dalam kategori. Pragmatisme, meskipun Dewey sendiri lebih sering menggunakan istilah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Menurut Garforth (1996) filosofi pragmatisme sering diarahkan sebagai filosofi konsekuensi yang menggunakan hasil atau konseku

Penderitaan Rakyat Momentum Penyatuan Pergerakan Mahasiswa

Oleh : IksanHb Pergerakan solidaritas mahasiswa atas kedaulatan rakyat dalam memperjuangkan demokratisasi di Indonesia, ada dalam roh kekuatan suara rakyat. Satu filosis idiologi pergerakan rakyat adalah gerakan terorganiser lebih baik dari pada kekuatan individu yang berkuasa. Potensi yang bersumber dari riel kekuatan rakyat dan penyatuan pergerakan mahasiswa adalah sebuah kekuatan besar dalam menentukan sebuah pilihan. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. (Wekipedia, Gerakan Mahasiswa Indonesia.) Gerakan mahasiswa diberbagai momentum dalam menciptakan sebuah perubahan dan pergantian pemimpin seperti yang terjadi di berbagai n